Sunday, December 15, 2013

Kuliner Palu

Mengunjungi satu kota karena pekerjaan berbeda dengan ketika pergi jalan-jalan. Hiburan di sela jadwal tugas yang ketat adalah mencicipi kuliner setempat. Kegiatan ini tak membutuhkan waktu khusus yang mengganggu jadwal kerja. Bagiku, kuliner setempat sudah merupakan salah satu kenikmatan yang tiada tara saat tugas di kota lain. :p
Aku percaya setiap daerah pasti memiliki masakan khasnya, meskipun bahan dan bumbu yang digunakan sama, namun pengolahannya pasti berbeda.

 
Uta Dada
Nama ini terdengar asing di telingaku. Makanan macam apa ini, begitu pikirku ketika mendengarnya. Aneh-aneh saja namanya. Uta dada merupakan ayam panggang yang berkuah santan dan disantap bersama dengan ketupat. Ketika berada di palu, aku mencicipi makanan ini di sebuah rumah makan sederhana yang ada di ketinggian, sehingga bisa menikmati makanan sambil mengintip kota palu lengkap dengan garis pantainya dari ketinggian.


Ayam Biromaru
Lagi-lagi masakan ayam. Berhubung aku bukan penyuka daging sapi, otomatis aku tidak mencicipi kaledo, yang terkenal dari palu. Ayam biromaru ini menurut orang lokal, diambil dari nama lokasinya, yaitu di desa Biromaru. Uniknya, kuliner ini hanya ada pada malam kamis (Rabu Malam) dan Malam minggu, mengikuti jadwal pasar di biromaru yang hanya ada tiap Kamis dan Minggu. Ayam yang dihidangkan di sini adalah ayam kampung muda yang dipanggang, dilumuri bumbu dan biasanya disantap bersama dengan ketupat dan kuah santan. Menurut teman yang mengantar ke tempat ini, ayam yang dihidangkan itu ditangkap dulu pada saat dipesan oleh pembeli sebelum dimasak. Karena proses penangkapan sampai masak membutuhkan waktu lama (kurang lebih 1 jam) sebaiknya sih datangnya sebelum benar-benar lapar, atau pesan dulu.

Putu Palu
Namanya boleh putu, namun penyajiannya berbeda dengan putu yang ada di pulau Jawa. Putu di palu ini berbentuk silinder atau lonjong, dan biasanya disantap bersama dengan sambal penja. Penja adalah ikan teri lokal yang bentuknya mirip dengan teri medan.

Sunday, December 8, 2013

Talise: Si Cantik dari Palu

Pantai Talise dari atas bukit

dari pinggir pantai talise di malam hari
Kota panas di daratan Sulawesi ini membuatku cukup terpesona dengan kemolekannya. Meski jarang terdengar, ternyata kota ini berada di pinggir pantai, teluk dan pegunungan yang molek. Dari beberapa artikel yang pernah aku baca saat googling sebelum menginjakkan kaki di kota ini, pantai yang ada di tengah kota ini memiliki pemandangan sunset yang indah. Sayangnya aku tak memiliki kesempatan untuk menikmati sunset di sana. 
Talise, pantai yang membentang di kota Palu ini di malam harinya ramai dengan berbagai pedagang yang menjajakan jajanan lokal yang menggugah selera. Beberapa aneka makanan yang dijajakan di sini, pisang gepe, saraba, pisang goreng, jagung bakar serut dan sebagainya. Berbeda dengan pisang goreng pada umumnya, di sini pisang goreng dimakan dengan sambal. 
Kelap-kelip lampu dari jembatan palu bisa dinikmati dari pinggir pantai.  Banyak saung-saung dan kursi-kursi yang bisa digunakan untuk bercengkrama menikmati sepoian angin malam bersama teman-teman.


Tanjung Karang: Keindahan di pojok Donggala

Sungguh tak aku sangka, kota Donggala itu tak jauh dari Kota Palu, ibukota Sulawesi Tengah. Awalnya, aku kira Donggala itu adalah desa kecil yang jarang penduduknya, dan tak ada apapun yang bisa dinikmati. Kota kecil yang ada di sepanjang garis pantai ini tampak lengang meski di minggu siang. Semakin jauh masuk ke dalam kota ini, mulai terlihat ada sesuatu yang menarik untuk dijelajah. Kawasan lamanya yang memiliki sebuah masjid cukup besar dan bangunan-bangunan sekitarnya dengan arsitektur jaman dulu, jendela besar dan pintu yang tinggi.
Lebih dalam lagi, keluar sedikit dari kota ini, ternyata ada pantai yang wow. Indah, bersih dan menyimpan keindahan di bawah lautnya. Pantai yang bisa dibilang tak jauh dari kota ini, ternyata masih bersih. Jarang terlihat ada sampah. airnya pun masih bening. Kita masih bisa melihat hamparan keindahan bawah laut dari atas perahu.
Perahu-perahu di sini, biasanya dibagian bawahnya ada yang hanya ditutup kaca agar penumpang bisa menikmati keindahan bawah air tanpa harus turun ke air. Bintang laut dan ikannya cukup banyak dan beraneka ragam. Pasirnya pun putih.
Beberapa kegiatan yang bisa dinikmati di sini, selain bermain pasir dan berenang adalah menaiki perahu sampai ke tengah sambil menatap bawah laut dan banana boat. Bisa juga sekadar berjemur dan malas-malasan.




Sunday, November 10, 2013

Palu: Panas, Bebas Macet

Ketika mendengar kata Sulawesi, yang langsung terbayang dalam otakku adalah Manado dan Makassar. dua kota yang paling sering aku dengar. Saat mendengar kata 'Palu', otakku tidak langsung bisa memberikan gambaran visual. Palu? Sebelah mana dari Sulawesi ya? Seperti apa kota nya? Om google langsung dikelitikin agar memberikan sedikit gambaran.

Kota ini akan menjadi tempat bekerjaku selama 10 hari. Mau tidak mau, harus punya gambaran seperti apa kota ini. Minimal tahu makanan yang ada di sana. hehhee...

Begitu menginjakkan kaki di bandaranya yang masih dalam proses pengembangan, hanya satu kata yang ada. PANAS. Panasnya lebih daripada Jakarta. Sudah pasti sih, mengingat Palu letaknya dekat dengan laut dan teluk. Dalam hati aku membatin, sepertinya 10 hariku di sini akan menarik dan menyenangkan. Lebih jauh lagi ketika dalam perjalanan dari bandara ke hotel, satu gambaran lagi untuk kota ini, bebas macet, cukup bersih, dan sepi. Berbeda jauh dengan Jakarta.


Wednesday, October 23, 2013

Solo Trip

Solo travelling alias jalan- jalan sendirian bagi sebagian orang mungkin biasa saja. hal yang lumrah. Tapi bagi sbagian lagi... solo travelling merupakan sesuatu yg Wah! Nekat! Lingkunganku menganggap solo travelling adalah sesuatu yg wah dan nekat. Apalagi jika yang melakukan adalah cewek dan travellingnya ke negeri orang.
Berawal dari keinginan mengunjungi negara tetangga dan kembali mnginjakan kaki ke bangkok, aku nekat membeli tiket tanpa memberi tahu teman lain. Alasan lainnya untuk membuktikan kalau aku bisa jalan-jalan sendiri tanpa tergantung dari teman. Kalau terus menunggu teman, kapan aku bisa mengunjungi tempat-tempat yang aku mau.
Tiket promo tiger sudah dikantongi. PP Jakarta - Bangkok. Aku punya waktu 10 hari 9 malam untuk menjelajah. Saatnya browsing tempat wisata, rute transportasi,biaya, dan penginapan. selain itu juga mencari tahu apakah tempatnya aman buat travelling sendirian. berbahagialah sekarang teknologi sudah maju. tinggal ketik di mbah google, smua informasi sudh tersedia.
Awalnya aku mau ke chiang mai, luang prabang, vientiane, lalu keliling bangkok dan sekitarnya seperti pattaya, rayong, ayuthaya. Ternyata rute chiang mai - luang prabang sangat menyita waktu dan tenaga yang akhirnya aku buang dai itin kasar.
Tujuan utama memang Luang Praban yang masuk ke dalam World heritage nya UNESCO. sekalian ngintip tempat beruang hitam dan menyaksikansendii morning alms ceremony yang terkenal di sana.

Sunday, March 17, 2013

Koh Kret, Pulau di tengah Sungai






Saatnya menjelajah! 

Koh Kret, pulau imut di tengah sungai Chao Phraya. Saking imutnya, cukup 2-3 jam saja untuk mengelilinginya. Di area pier ada tempat penyewaan sepeda yang cukup murah.  Lengkap dengan peta pulau itu yang ditempel di keranjang sepeda. Saatnya olahraga sambil mengintip isi pulau ini.
Kalau ditanya seperti apa penampakan pulau ini, dengan pasti akan aku jawab, seperti kampong atau desa. Kiri kanan yang ada adalah tanah kosong yang tidak terurus atau rumah-rumah kayu penduduk. Kadang kala seperti rumah panggung, dan beberapa wat.
Benar-benar sepi sekali di sini. Di sini ada satu ruas jalan yang merupakan perkampungan pengrajin. Desa Otop. Mereka menjual hasil kerajinan dan makanan di depan rumah. Mulai dari gerabah, wangi-wangian, sampai baju-baju yang unik. Sepertinya memang hasil buatan tangan. Motifnya sangat bagus.
Untuk harga barang-barang, murah di sini disbanding di Bangkok. Mungkin karena mereka tidak perlu sewa tempat ya… lampu-lampu untuk aroma terapi yang dijual disini murah sekaliiii! 100 baht aja. Bentuknya juga bagus-bagus. Lalu ada juga satu tempat yang menjual banyak patung-patung. Mulai dari patung dewa-dewa, sampai miniature meja dan kursi makan keramik. Dan semuanya sangat murah! Benar-benar godaan buat belanja.
Selesai dengan area belanja barang-barang cantik, perjalanan dilanjutkan lagi. Jangan harap ketemu mobil ya di sini. Motor pun sepertinya sangat jarang. Lebar jalanan di sini kurang lebih 1 meter aja.  Menurut pemilik sepeda sih.. cuman 2 atau 3 km saja kok jalanan di sini. 

Memang ya, Thailand itu negeri seribu kuil atau wat. Di pulau sekecil Kret ini pun, ada beberapa wat yang dibangun di sini. Yang unik itu ada satu wat yang ada di ujung pulau, warnanya putih, yang menjorok ke sungai dan dililit kain warna merah. Entah namanya apa. Unik sih, mengingat rata-rata wat di Thailand ini berlapis emas. Sayang, tak sempat cicipi jajanan di sana.

Nonthaburi





Menginjakkan kaki ke kota ini sebenarnya tidak masuk dalam rencana. Hanya karena bingung mau kemana di hari terakhir di Bangkok, akhirnya diputuskan ke sini. Sebenarnya bisa saja main ke mal-mal. Cuman, kok rasanya sayang ya, jauh-jauh ke Bangkok mainnya ke mal lagi. Maunya sesuatu yang lain. Dan akhirnya memilih ke sini.
Tujuan utamanya bukan menjelajah kota ini, tapi ke pulau kecil di tengah sungai Chao phraya. Dan untuk kesana harus melalui kota ini. Untuk menuju kota ini, bisa saja dengan menggunakan bus, tapi kami memilih menggunakan perahu. Selain murah, juga bebas macet.
Sepanjang perjalanan ke kota ini, pemandangan yang disuguhkan selain air dan ganggang atau tanaman apapun itu yang mengapung di air sungai, ada rumah-rumah penduduk. Jangan harap melihat rumah-rumah denagn bangunan bata. Rumah-rumah yang ada adalah dibuat dari kayu yang dicat dan berbentuk panggung. Jadi, langsung diatas sungai. Kalaupun ada yang dari bata, itu adalah gedung, wat, atau restaurant pinggir sungai.
Lagi-lagi wat-wat terlihat di pinggir sungai. Kota ini sepertinya bukan tujuan wisata para turis asing. Di kapal, yang ada hanya orang local saja yang baru bertandang ke Bangkok. Untungnya tampang kita mirip orang local ya. Jadi tidak merasa asing. Heheheh. 


Ada satu wat yang menarik perhatian sepanjang perjalanan ke kota Nonthaburi ini. Wat ini memiliki patung budha duduk yang sangat besar. sayangnya patung itu sedang direnovasi atau mungkin dibersihkan. Bisa jadi ini Big Budha nya Bangkok.
Sampai di pier yang ada di kota, perhatian langsung tersedot ke sekumpulan burung-burung dara. Mereka sangat jinak. Mau saja makan di dekat kami. Akhirnya kami asik memberi mereka makan sambil foto-foto.