Showing posts with label travelling. Show all posts
Showing posts with label travelling. Show all posts

Tuesday, August 30, 2016

Pesona Pantai Kaluku (Enchantment of Kaluku Beach)


Menurut penduduk setempat, Kaluku berasal dari bahasa Kaili yang berarti pohon kelapa. Sesuai dengan arti namanya, pantai Kaluku dipenuhi dengan pohon Kelapa yang menjulang tinggi. Pantai Kaluku terletak di Kabupaten Donggala, sekitar 1,5 jam dari pusat Kota Palu. Pantai Kaluku memiliki garis pantai yang cukup lebar. Di saat siang, wilayah pasir pantainya akan terlihat luas karena adanya pasang surut yang menyebabkan perahu-perahu ditambatkan di kejauhan. Tidak banyak perahu nelayan yang tertambat. Terik matahari sedang menjadi-jadi saat saya mengunjungi pantai ini. Pantai ini memiliki air yang jernih meskipun tidak ada spot untuk snorkling seperti di Tanjung Karang.

Sekilas, Pantai Kaluku tak seindah pantai Tanjung Karang yang lokasinya tak jauh. Namun, pantai ini memiliki daya tarik tersendiri. Selain masih cukup sepi, pantai ini masih tergolong alami, tenang dan eksotik. Belum banyak tangan jahil di sini. Cocok untuk bersantai. Enaknya lagi, di sini tidak ada pungutan alias gratis masuk dan free parking.

Di sepanjang pantai Kaluku, sudah ada yang mendirikan gazebo-gazebo sederhana yang disewakan untuk sekadar beristirahat. Tak hanya itu, pantai ini memiliki cukup banyak spot untuk berfoto. Sepertinya sih buatan dari penduduk setempat. Mulai dari ayunan hingga kalimat-kalimat romantis yang bisa dimanfaatkan untuk pre wedding.

Semoga saja pantai Kaluku tetap bersih dan alami.

======================================================================

According to the locals, Kaluku taken from Kaili language means coconut tree. As to it's name, Kaluku beach filled with towering coconut trees. Kaluku beach located in Donggala, about 1.5 hours from the center of Palu city. Kaluku beach has a quite wide coastline. At midday, the sand beach area will look spacious because of tides, causing the boats are moored in the distance. Not many fishing boats are moored. The sunshine was rampant when I visited this beach. This beach has a crystal clear water even though there was no spot for snorkeling like in Tanjung Karang.

Glance, Kaluku beach looks not as beautiful tanjung karang beach which located not quite far away. However this beach has its own charm. Besides quite deserted, this beach is also still natural, calm and exotic. Not many ignorant hands here. Ideal for relaxing. Ease back, in here there is no fee, free entrance and free parking.

Along the coast of kaluku beach, there are simple gazebos rented for simply rest. Not only that, this beach has pretty much spot to take pictures. It seems artificial heck of locals. you can find here swing even romantic words that can be utilized for pre wedding shoot.

hopefully Kaluku beach keep remain clean and natural

Friday, June 5, 2015

Untung Jawa - Sejengkal keluar Dataran Tanah Jawa

Pulau ini tak jauh dari Jakarta. Masih tergolong pulau Seribu sih. Jika biasanya untuk ke pulau seribu yang lain seperti Pulau Pramuka, Tidung dan lainnya, kita menyeberang dari Dermaga Muara Angke, maka untuk ke pulau Untung Jawa, pelabuhan yang terdekat adalah dari Tanjung Pasir yang berada di Tangerang. Asiknya.. kalau ke tempat ini tidak perlu menginap juga bisa (One day Trip)




Perjalanan dari BSD ke Tanjung Pasir kurang lebih 2 jam menggunakan angkutan umum alias angkot. Dari Tanjung Pasir yang tidak luas itu, ada banyak kapal penumpang yang akan menyeberangkan kita ke Pulau Unutung Jawa. Kapal terakhir sih katanya berangkat pukul 7 malam dari untung jawa. Biayanya Rp 25.000 per orang sekali jalan. Kalau ditanya berapa jam perjalanan... kurang lebih 30-45 menit aja. deket banget kan... Dan selama perjalanan ke pulau untung jawa, beberapa kali bisa melihat segerombolan burung sedang menari-nari di atas lautan. Pemandangan yang langka....

Di pulau ini selain ada pantai juga ada wisata hutan bakau/mangrove. Disini kita dapat berjalan di tengah hutan bakau melalui jalan setapak terbuat dari kayu-kayu sambil menikmati suasana alam laut yang segar. Untung Jawa sendiri bukan pulau yang tak berpenghuni. Di pulau ini sudah terdapat homestay atau penginapan sederhana dan banyak fasilitas untuk pengunjungnya. Asiknya lagi... makan seafood di sini tergolong murah dan harganya relatif sama satu sama lain. Paket berdua Rp 70.000 aja sudah dapat ikan setengah kilo, nasi, lalapan dan minum.ssttt.. kalau yang jual baik, bisa nambah cumi yang mayan gede satu ekor. hohohohohooh... Ikan di sini segar2 lho.... namanya juga pinggir pantai ya..

Sekalipun tak jauh dari daratan, perairan di pulau ini cukup bersih. Sangat berbeda jauh dari Ancol yang butek dan bau. Sayangnya garis pantai di pulau ini kecil.. tapi... pasirnya putih lhooooo... beberapa bagian dari pulau ini memang untuk budidaya bakau jadi selain pantai.. kita bisa menikmati berada di tengah hutan bakau.

Untuk menikmati pulau ini,.. enaknya jalan kaki santai. satu pulau bisa dikelilingin selama 1-2 jam aja kok.. plus foto-foto narsis ya.. bisa 3 jam lah.... ada banyak spot cakep buat narsis riaa euy.. dermaga.. kapal-kapal nelayan tua.. jembatan di tengah mangrove... perpaduan mangrove dan lautan... cakep-cakep lhoooo...Poin positifnya tempat ini.. bisa menikmati sunset yang bulettt...

Friday, December 19, 2014

Trip With Grand Ma - Ambarawa

Berbekal informasi internet dan hasil info dari teman yang berasal dari Semarang, akhirnya aku memutuskan untuk sedikit keluar kota Semarang. Gara-garanya oma mendengar ada gua Maria yang gak jauh dari Semarang, jadinya pengen ke sana. Gua Maria Kerep, Ambarawa. Sebenarnya di Ambarawa sendiri ada beberapa tempat wisata. Mulai dari Musium Palagan Ambarawa, Musium Kereta Api, Candi Gedong Songo, dan Rawa Pening. Berhubung tujuan utamanya ke Gua Maria, jadi tujuan lain mau tak mau ditinggalkan. Someday i will come and visit them. Jarak antara kota Semarang dan Gua Maria kurang lebih 1 jam. sebenarnya dari semarnag bisa naik bus tujuan terminal Ambarawa. dari situ bisa naik ojek atau becak. Namun, kali ini aku putuskan carter mobil.
Terletak di dataran tinggi, tempat ini sejuk di siang hari. Sampai di Gua Maria, setelah sejenak berdoa, kami keliling komplek tersebut. Ada taman doa yang punya berbagai macam tanaman dan bunga yang indah, serta patung-patung yang berasal dari cerita dalam injil.
Ternyata Trip dengan oma sangat menyenangkan.... hohohohoo.. harus diulangin lagi nih.. 



Double Grand Tripping : Trip with GrandMa - Semarang

Untuk pertama kalinya aku memutuskan untuk trip berdua dengan Oma (GrandMa). Tujuan trip kali ini tidak sampai luar kota. Sengaja mencari kota tujuan yang mudah dijangkau dan friendly untuk lansia. Semarang menjadi pilihan selain karena aku juga ingin menginjakkan kaki lagi di kota yang bertahun lampau pernah aku datangi, di kota ini kulinernya familiar dengan lidah oma.
3 hari 3 malam di Semarang rasanya sudah cukup. Tujuan-tujuan favorit di sini sudha pasti dikunjungi.
Mulai dari Klenteng Sam Poo Kong, Gereja Blenduk, Klenteng Tay Kek Sie, Lawang Sewu, Katedral Semarang, Simpang Lima, Tugu Muda, dan tak ketinggalan Warung Semawis.
Kuliner di sini sangat beragam, dan tentu saja enak-enak.
Berhubung trip berdua dengan oma yang sudah berusia 72 tahun, sudah tentu transportasinya harus yang nyaman. Taksi dan becak. mayoritas taksi sih. Berbeda sekali dengan solotrip. Transportasi sudah pasti cari yang termurah dna bisa mendapat bnayak tempat wisata. hehehhehehe... Kalo kata oma,.... "turis nggembel".
LAWANG SEWU

KATEDRAL

Me n Oma - @Sampookong

Sunday, December 15, 2013

Kuliner Palu

Mengunjungi satu kota karena pekerjaan berbeda dengan ketika pergi jalan-jalan. Hiburan di sela jadwal tugas yang ketat adalah mencicipi kuliner setempat. Kegiatan ini tak membutuhkan waktu khusus yang mengganggu jadwal kerja. Bagiku, kuliner setempat sudah merupakan salah satu kenikmatan yang tiada tara saat tugas di kota lain. :p
Aku percaya setiap daerah pasti memiliki masakan khasnya, meskipun bahan dan bumbu yang digunakan sama, namun pengolahannya pasti berbeda.

 
Uta Dada
Nama ini terdengar asing di telingaku. Makanan macam apa ini, begitu pikirku ketika mendengarnya. Aneh-aneh saja namanya. Uta dada merupakan ayam panggang yang berkuah santan dan disantap bersama dengan ketupat. Ketika berada di palu, aku mencicipi makanan ini di sebuah rumah makan sederhana yang ada di ketinggian, sehingga bisa menikmati makanan sambil mengintip kota palu lengkap dengan garis pantainya dari ketinggian.


Ayam Biromaru
Lagi-lagi masakan ayam. Berhubung aku bukan penyuka daging sapi, otomatis aku tidak mencicipi kaledo, yang terkenal dari palu. Ayam biromaru ini menurut orang lokal, diambil dari nama lokasinya, yaitu di desa Biromaru. Uniknya, kuliner ini hanya ada pada malam kamis (Rabu Malam) dan Malam minggu, mengikuti jadwal pasar di biromaru yang hanya ada tiap Kamis dan Minggu. Ayam yang dihidangkan di sini adalah ayam kampung muda yang dipanggang, dilumuri bumbu dan biasanya disantap bersama dengan ketupat dan kuah santan. Menurut teman yang mengantar ke tempat ini, ayam yang dihidangkan itu ditangkap dulu pada saat dipesan oleh pembeli sebelum dimasak. Karena proses penangkapan sampai masak membutuhkan waktu lama (kurang lebih 1 jam) sebaiknya sih datangnya sebelum benar-benar lapar, atau pesan dulu.

Putu Palu
Namanya boleh putu, namun penyajiannya berbeda dengan putu yang ada di pulau Jawa. Putu di palu ini berbentuk silinder atau lonjong, dan biasanya disantap bersama dengan sambal penja. Penja adalah ikan teri lokal yang bentuknya mirip dengan teri medan.

Sunday, December 8, 2013

Talise: Si Cantik dari Palu

Pantai Talise dari atas bukit

dari pinggir pantai talise di malam hari
Kota panas di daratan Sulawesi ini membuatku cukup terpesona dengan kemolekannya. Meski jarang terdengar, ternyata kota ini berada di pinggir pantai, teluk dan pegunungan yang molek. Dari beberapa artikel yang pernah aku baca saat googling sebelum menginjakkan kaki di kota ini, pantai yang ada di tengah kota ini memiliki pemandangan sunset yang indah. Sayangnya aku tak memiliki kesempatan untuk menikmati sunset di sana. 
Talise, pantai yang membentang di kota Palu ini di malam harinya ramai dengan berbagai pedagang yang menjajakan jajanan lokal yang menggugah selera. Beberapa aneka makanan yang dijajakan di sini, pisang gepe, saraba, pisang goreng, jagung bakar serut dan sebagainya. Berbeda dengan pisang goreng pada umumnya, di sini pisang goreng dimakan dengan sambal. 
Kelap-kelip lampu dari jembatan palu bisa dinikmati dari pinggir pantai.  Banyak saung-saung dan kursi-kursi yang bisa digunakan untuk bercengkrama menikmati sepoian angin malam bersama teman-teman.


Tanjung Karang: Keindahan di pojok Donggala

Sungguh tak aku sangka, kota Donggala itu tak jauh dari Kota Palu, ibukota Sulawesi Tengah. Awalnya, aku kira Donggala itu adalah desa kecil yang jarang penduduknya, dan tak ada apapun yang bisa dinikmati. Kota kecil yang ada di sepanjang garis pantai ini tampak lengang meski di minggu siang. Semakin jauh masuk ke dalam kota ini, mulai terlihat ada sesuatu yang menarik untuk dijelajah. Kawasan lamanya yang memiliki sebuah masjid cukup besar dan bangunan-bangunan sekitarnya dengan arsitektur jaman dulu, jendela besar dan pintu yang tinggi.
Lebih dalam lagi, keluar sedikit dari kota ini, ternyata ada pantai yang wow. Indah, bersih dan menyimpan keindahan di bawah lautnya. Pantai yang bisa dibilang tak jauh dari kota ini, ternyata masih bersih. Jarang terlihat ada sampah. airnya pun masih bening. Kita masih bisa melihat hamparan keindahan bawah laut dari atas perahu.
Perahu-perahu di sini, biasanya dibagian bawahnya ada yang hanya ditutup kaca agar penumpang bisa menikmati keindahan bawah air tanpa harus turun ke air. Bintang laut dan ikannya cukup banyak dan beraneka ragam. Pasirnya pun putih.
Beberapa kegiatan yang bisa dinikmati di sini, selain bermain pasir dan berenang adalah menaiki perahu sampai ke tengah sambil menatap bawah laut dan banana boat. Bisa juga sekadar berjemur dan malas-malasan.




Sunday, November 10, 2013

Palu: Panas, Bebas Macet

Ketika mendengar kata Sulawesi, yang langsung terbayang dalam otakku adalah Manado dan Makassar. dua kota yang paling sering aku dengar. Saat mendengar kata 'Palu', otakku tidak langsung bisa memberikan gambaran visual. Palu? Sebelah mana dari Sulawesi ya? Seperti apa kota nya? Om google langsung dikelitikin agar memberikan sedikit gambaran.

Kota ini akan menjadi tempat bekerjaku selama 10 hari. Mau tidak mau, harus punya gambaran seperti apa kota ini. Minimal tahu makanan yang ada di sana. hehhee...

Begitu menginjakkan kaki di bandaranya yang masih dalam proses pengembangan, hanya satu kata yang ada. PANAS. Panasnya lebih daripada Jakarta. Sudah pasti sih, mengingat Palu letaknya dekat dengan laut dan teluk. Dalam hati aku membatin, sepertinya 10 hariku di sini akan menarik dan menyenangkan. Lebih jauh lagi ketika dalam perjalanan dari bandara ke hotel, satu gambaran lagi untuk kota ini, bebas macet, cukup bersih, dan sepi. Berbeda jauh dengan Jakarta.


Sunday, March 17, 2013

Koh Kret, Pulau di tengah Sungai






Saatnya menjelajah! 

Koh Kret, pulau imut di tengah sungai Chao Phraya. Saking imutnya, cukup 2-3 jam saja untuk mengelilinginya. Di area pier ada tempat penyewaan sepeda yang cukup murah.  Lengkap dengan peta pulau itu yang ditempel di keranjang sepeda. Saatnya olahraga sambil mengintip isi pulau ini.
Kalau ditanya seperti apa penampakan pulau ini, dengan pasti akan aku jawab, seperti kampong atau desa. Kiri kanan yang ada adalah tanah kosong yang tidak terurus atau rumah-rumah kayu penduduk. Kadang kala seperti rumah panggung, dan beberapa wat.
Benar-benar sepi sekali di sini. Di sini ada satu ruas jalan yang merupakan perkampungan pengrajin. Desa Otop. Mereka menjual hasil kerajinan dan makanan di depan rumah. Mulai dari gerabah, wangi-wangian, sampai baju-baju yang unik. Sepertinya memang hasil buatan tangan. Motifnya sangat bagus.
Untuk harga barang-barang, murah di sini disbanding di Bangkok. Mungkin karena mereka tidak perlu sewa tempat ya… lampu-lampu untuk aroma terapi yang dijual disini murah sekaliiii! 100 baht aja. Bentuknya juga bagus-bagus. Lalu ada juga satu tempat yang menjual banyak patung-patung. Mulai dari patung dewa-dewa, sampai miniature meja dan kursi makan keramik. Dan semuanya sangat murah! Benar-benar godaan buat belanja.
Selesai dengan area belanja barang-barang cantik, perjalanan dilanjutkan lagi. Jangan harap ketemu mobil ya di sini. Motor pun sepertinya sangat jarang. Lebar jalanan di sini kurang lebih 1 meter aja.  Menurut pemilik sepeda sih.. cuman 2 atau 3 km saja kok jalanan di sini. 

Memang ya, Thailand itu negeri seribu kuil atau wat. Di pulau sekecil Kret ini pun, ada beberapa wat yang dibangun di sini. Yang unik itu ada satu wat yang ada di ujung pulau, warnanya putih, yang menjorok ke sungai dan dililit kain warna merah. Entah namanya apa. Unik sih, mengingat rata-rata wat di Thailand ini berlapis emas. Sayang, tak sempat cicipi jajanan di sana.

Nonthaburi





Menginjakkan kaki ke kota ini sebenarnya tidak masuk dalam rencana. Hanya karena bingung mau kemana di hari terakhir di Bangkok, akhirnya diputuskan ke sini. Sebenarnya bisa saja main ke mal-mal. Cuman, kok rasanya sayang ya, jauh-jauh ke Bangkok mainnya ke mal lagi. Maunya sesuatu yang lain. Dan akhirnya memilih ke sini.
Tujuan utamanya bukan menjelajah kota ini, tapi ke pulau kecil di tengah sungai Chao phraya. Dan untuk kesana harus melalui kota ini. Untuk menuju kota ini, bisa saja dengan menggunakan bus, tapi kami memilih menggunakan perahu. Selain murah, juga bebas macet.
Sepanjang perjalanan ke kota ini, pemandangan yang disuguhkan selain air dan ganggang atau tanaman apapun itu yang mengapung di air sungai, ada rumah-rumah penduduk. Jangan harap melihat rumah-rumah denagn bangunan bata. Rumah-rumah yang ada adalah dibuat dari kayu yang dicat dan berbentuk panggung. Jadi, langsung diatas sungai. Kalaupun ada yang dari bata, itu adalah gedung, wat, atau restaurant pinggir sungai.
Lagi-lagi wat-wat terlihat di pinggir sungai. Kota ini sepertinya bukan tujuan wisata para turis asing. Di kapal, yang ada hanya orang local saja yang baru bertandang ke Bangkok. Untungnya tampang kita mirip orang local ya. Jadi tidak merasa asing. Heheheh. 


Ada satu wat yang menarik perhatian sepanjang perjalanan ke kota Nonthaburi ini. Wat ini memiliki patung budha duduk yang sangat besar. sayangnya patung itu sedang direnovasi atau mungkin dibersihkan. Bisa jadi ini Big Budha nya Bangkok.
Sampai di pier yang ada di kota, perhatian langsung tersedot ke sekumpulan burung-burung dara. Mereka sangat jinak. Mau saja makan di dekat kami. Akhirnya kami asik memberi mereka makan sambil foto-foto.

Saturday, December 8, 2012

Palembang, kaya wisata kuliner

Kota kecil nan teratur di daratan Sumatera ini menyimpan banyak wisata kuliner. Biasanya yang terbayang di pikiranku saat mendengar kata 'Palembang' hanyalah pempeknya yang super lezat plus tekwannya. Ternyata... tak hanya itu saja yang membuat kota ini terkenal. masih ada Martabak har yang disantap dengan kuah karinya, pindang patin yang memiliki 3 macam variasi kuah, dan banyak lagi.

Wisata kuliner singkat di sela tugas kantor memang tidak membuat aku bisa mencicipi semua masakan khas kota ini. Namun, aku bisa mencicipi pempek berbagai merk. Mulai dari pempek beringin, vico, akiun, candy, 888, sampai pempek pinggir jalan. Mie celor pun tak ketinggalan. Kata orang sih, mie celor 26 ilir itu yang enak. Tapi mie celor di pujasera Rajawali pun tak kalah enaknya lho.

Pempek

Martabak Har

Mie Celor

Pindang Patin
Lain lagi dengan pindang patin. Menu satu ini.. bikin jatuh cinta abis.. kuahnya seger.. manis, asam, pedes bercampur jadi satu. partner kerjaku sampai jatuh cinta pada menu satu ini. matanya bisa berbinar-binar menatap hidangan pindang patin.

Saturday, September 15, 2012

Memori di Kelud


Gunung Kelud, akan selalu menjadi tempat yang special bagiku. Tempat itu ternyata menjadi tempat terakhirku berlibur dengan mama dan papa minus adikku. Desember lalu, 8 bulan sebelum kepergian mama, Gunung Kelud menjadi pilihanku untuk sekedar berpergian sekeluarga. Entah mengapa, aku ngotot untuk jalan-jalan bareng. Satu hal yang jarang aku lakukan mengingat aku sebelumnya lebih memilih jalan-jalan dengan teman-teman. Saat itu, aku ngotot ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitar kota kelahiranku. Tak disangka, perjalanan itu, tak akan terulang lagi.

Gunung Kelud yang berada di 3 kabupaten di Jawa Timur ini, memiliki alam yang menyejukkan hati. Sepanjang perjalanan, pengunjung akan dibuai dengan keharuman durian. Satu hal yang membuatku sangat membenci sepanjang perjalanan ke puncak Kelud, bau durian yang sangat menyengat. Aku tidak suka durian. juga tidak suka baunya. Membuat aku sangat mual. Berbeda dengan Mama dan keluarga temannya, mereka sangat suka dengan durian. Bahkan menyempatkan diri untuk berhenti sejenak di warung pinggir jalan untuk sekedar membeli durian dan menyantapnya bersama. Aku sendiri memilih menyingkir dan menikmati hamparan kebuh durian sambil sesekali membidikkan kamera.
Di bekas danau belerangnya sekarang berdiri anak kelud yang kokoh. Hasil dari muntahannya yang terakhir. bau belerang masih snagat menyengat.. asap kadang kala muncul. Dulu, letusannya mampu membuat kabupaten di sekitar hujan abu hingga berhari-hari lamanya.

Tempat wisata ini seakan membawa kita mendekati awan. Tentu saja karena berada di ketinggian. Tempat ini menjadi salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh penduduk sekitar. sekadar untuk berolahraga atau bercengkrama bersama.

Sayangnya.. masih belum begitu disentuh oleh fasilitas yang memadai. Memang sudah ada fasilitas umum, namun untuk urusan perut... pilihan yang ada sangat terbatas. Hanya ada warung-warung kecil alias warteg yang ada di sini. harganya sih memang terbilang murah. Tapi tetap saja, tak banyak pilihan selain, pop mie atau soto.

Saturday, September 10, 2011

Pasir Merica Tanjung Aan


Lepas dari keindahan pantai Kuta, lagi-lagi mata dimanjakan oleh keindahan Tanjung Aan. Hati serasa berdesir jatuh cinta pada tempat ini. Hanya dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit menuju ke tempat ini dari Pantai Kuta. Kondisi jalan menuju tempat ini cukup bagus sekalipun tidak terlalu lebar.


Lautan air biru bening dikelilingi karang terjal dan hamparan pasir pantai seakan mengundang pengunjung untuk menghabiskan waktu seharian memandanginya.

Pantai satu ini benar-benar surga bagi pencinta pantai. Memang tempat ini tidak bisa untuk bersnorkling, namun, dengan ombak yang relative tenang dan air laut yang jernih, masih tetap menggoda untuk bermain di pantainya.
 Uniknya lagi, pasir di tempat ini bukan seperti pasir di tempat lain yang halus seperti serbuk. Di sini, pasir pantainya lebih mirip merica. Berbutir-butir kasar. Cukup banyak pengunjung yang mengambil pasir di sini untuk dibawa pulang dijadikan hiasan. Dengan teksturnya yang unik itu, pasirnya bisa dicuci bila kotor.

Dari atas karang-karang yang tinggi dan terjal… terlihat gradasi air yang menakjubkan. Dari bibir pantai, air terlihat hijau. Lama kelamaan menjadi biru, lalu biru tua. Setelah itu kembali hijau lagi di tempat yang berbatasan dengan karang.



Penduduk sekitar kawasan ini juga terlihat hidup dengan standar yang minimal. kalau tidak salah ingat.. sepanjang perjalanan ke tempat ini.. aku tidak melihat ada kabel listrik yang melintang di speanjang jalan. Bagi turis lokal kawasan ini bisa jadi sekedar pengalaman pernah ke tempat ini mengingat jarak yang jauh dibandingkan pantai Senggigi dan sekitarnya. Tempat ini juga belum begitu dikembangkan atau digarap untuk menjadi sebuah kawasan wiasata yang menngundang minat, selain memang alamnya sudah indah.

Tuesday, September 6, 2011

Kuta Bukan Hanya Bali Punya



Siang semakin terik, perjalanan tetap dilanjutkan. Kali ini tujuannya adalah pantai. Bukan ke Lombok jika tidak menjajal pantai-pantainya yang terkenal indah. Lombok Selatan seringkali dikatakan sebagai surga bagi pecinta pantai. Kuta adalah salah satu pantai yang terkenal keindahannya. Bila mendengar nama Kuta, yang terbayang dalam benak orang adalah pulau Bali. Memang Kuta identik dengan Bali, namun, Lombok pun memiliki pantai Kuta. Keindahan pantainya tak kalah dengan Pantai Kuta di pulau Bali.



Tidak mudah mencapai pantai ini. Memang akses jalan sudah ada. Namun, kontur jalanan di tempat ini naik turun dan berkelok-kelok. Jika dalam benak kita, untuk mencapai pantai, hanya didapatkan jalanan lurus dan mulus, tidak demikian di lombok. Justruk kontur jalannya melewati perbukitan yang terjal dan berkelok. Mungkin ini juga salah satu penyebabnya sampai tidak banyak orang yang datang ke wilayah ini.

Pantai yang dikelilingi perbukitan terjal dan pasir pantai yang putih bersih serta ketenangan menawarkan sebuah tempat yang nyaman untuk beristirahat atau sekadar menyepi. Dari jauh, akan terlihat air laut yang berbatasan dengan bukit serta persatuannya dengan langit. Ditambah denagn pasir pantainya yang putih dan bersih. Hanya satu kata yang mampu diucapkan untuk menggambarkan keindahan pantai di ujung selatan Pulau Lombok ini. “MENAKJUBKAN”.



Di sini, banyak warung-warung yang menjajakan berbagai souvenir khas Lombok seperti mutiara yang entah asli atau tidak dan kain – kain songketnya yang indah. Harga yang ditawarkan di sini, bukan harga mati alias bisa ditawar. Selain itu, di sekitar pantai ini bertebaran juga penginapan-penginapan sekelas hostel yang cukup murah.

Menurut keterangan ibu penjual souvenir, di daerah pantai kuta ini, masih belum ada listrik. Awalnya kami tak percaya bahwa tempat wisata yg terkenal ini belum terjamah oleh listrik. Tapi keterangan ini juga kami dapatkan dari Pak Edy yang siang itu mengantarkan kami berkeliling. Ditambah lagi, jika diamati lebih teliti, tidak terlihat kabel-kabel listrik yang bersliweran di sepanjang jalan. Lalu, darimana penduduk sana dan hostel-hostel mendapatkan listrik?? Bergantung dari diesel terus? Mengapa PLN belum masuk ke daerah yang boleh dibilang bukan daerah terpencil itu?