Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts
Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts

Monday, January 10, 2011

Curug 5 Cilember








Curug 5 Cilember
Sebuah tempat yang masih asri.. dengan udara segar dan pemandangan yang memanjakan mata.

Hidup di kota besar seperti Jakarta dan Satelitnya kadang kala membuat pikiran penuh dan sesak. Karena itulah, sesekali pergi ke suatu tempat yang tak memiliki hutan beton menjadikan kemewahan pribadi. Tak perlu tempat yang mahal ataupun yang mengharuskan kita menginap. Cukup luncurkan mobil atau langkahkan kaki, manfaatkan angkutan kota dan jelajahi kota Bogor.
Libur Nasional 16 Maret kemarin, aku manfaatkan dengan melangkahkan kaki dan memanfaatkan jasa angkuta umum untuk mengunjungi Curug Cilember, sebuah tempat wisata yang terletak 20 km dari kota Bogor ke arah Puncak. Tepatnya di daerah Cisarua. Tak jauh dari Taman Safari. Biarpun hari libur, untungnya jalanan tidak macet.
Kurang lebih pukul 07.30 kami sudah siap di pinggir jalan seberang German Center BSD untuk menanti angkotan kota alias Bus. Dari BSD sini, kami naik Bus Pusaka jurusan Bogor- Baranangsiang (nama terminal di Bogor). Dari situ, sambil menunggu teman yang akan menyusul, kami menggunakan waktu yang ada untuk menikmati KFC yang tak jauh dari terminal.
Setelah teman yang ditunggu datang, kami langsung mencari pos polisi untuk menanyakan nomor angkutan yang bisa membawa kami ke tempat tujuan. SSttt... pak polisinya baik-baik lho. Mereka memberikan arahan jalan dan jenis angkutan yang bisa membawa kami ke sana. Dari Baranang siang sampai Cisarua, kami bisa menggunakan angkot ataupun ojek. Bila menggunakan ojek, akan lebih mahal. Kurang lebih 50 ribu untuk bisa sampai ke tempat wisatanya. Dengan angkot, kita harus pindah 2 kali. Pertama angkot dengan trayek Baranangsiang-Ciawi turun di perempatan ciawi, harganya Rp 3000,- Dilanjutkan dengan angkot trayek Ciawi-Cisarua seharga Rp 5.000,- dan turun di pertigaan Hankam.
Karna kita tidak tahu patokan pastinya untuk sampai ke curug, kita pesan dnegan si sopir angkot untuk menurunkan kita di tempat yang terdekat. Polisi yang memberitahu arah tempatnya sudah mengatakan bahwa tidak ada angkot yang bisa membawa kita ke tempat curug itu, kita harus melanjutkan perjalanan dengan ojek dari jalan raya besar ke Wana Wisata Curug Cilember. Untuk biaya ojegnya seharga Rp 10.000-15.000 tergantung pintar-pintarnya kita menawar.
Wana Wisata Curug Cilember ini terletak di Desa Cilember, Bogor, Jawa Barat. Berketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut, membuat kawasan di kaki Bukit Hambalang ini sejuk dengan vegetasi dominan pinus merkusi dan anggrek tanah berwarna kuning. Pokoknya sangat memanjakan mata dan hidung karna udaranya sangat segar.
Biaya tiket retribusi dari tempat wisata ini murah. Hanya dengan membayar Rp 10.000,- kita bisa menikmati banyak spotnya. Kami menjumpai sebuah bangunan berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari jaring-jaring besi. Rupanya bangunan ini adalah Taman Konservasi Kupu-kupu, di mana di tempat ini dikembangbiakkan 12 spesies kupu-kupu dari seluruh Indonseia, diantaranya adalah Troides helena dan Papilio meiunon. Dari taman konservasi ini, ada jembatan yang menurut orang-orang dinamakan jembatan cinta. Melewati jembatan cinta ini, bisa sampai ke Curug 7. Sayangnya, kami malah tidak ke curug 7 yang sebenarnya paling dekat dari pintu masuk. Kami malah langsung naik ke Curug 5.
Tak perlu bingung akan kelaparan ketika berada di wana wisata ini, tak jauh dari pintu masuk, banyak kios-kios penjual suvenir dan warung makan juga terlihat berderet rapi. Di lokasi ini juga terdapat lapangan yang digunakan untuk berkemah.
Curug Cilember ini terdiri dari 7 buah curug yang saling menyambung. Air di curug ini berasal dari mata air di Bukit Hambalang pada ketinggian 2.000 meter dpl. Curug 1 sendiri terletak pada ketinggian 1.700 meter dpl dan curug terakhir, yaitu curug 7 berketinggian sekitar 30 meter berada pada ketinggian 800 meter dpl.
Untuk menikmati keindahan curug-curug ini, dibutuhkan pengorbanan ekstra yaitu stamina yang kuat. Makin ke atas, medan yang ditempuh semakin terjal dan sulit. Track semen hanya sampai di Curug 7, sedangkan untuk sampai ke Curug 5, track berupa tangga batu yang terjal. Hohoho... bisa menguras tenaga dan membuat baju bisa diperas karna basah oleh keringat.
Tapi pengorbanan yang ada bisa terbayar saat kita sampai di air terjun. Melihat keindahan dan merasakan kesejukan airnya... Sungguh sangat nikmat. Air yang dingin dan segar membuat rasa lelah langsug hilang ketika kita memasukkan kaki ke dalam air.
Curug 6 tidak dapat dijangkau karena medan yang berbahaya. Umumnya pengunjung hanya sampai di Curug 5 saja. Menurut tukang ojek yang saya tumpangi, curug yang bagus justru curug-curug yang berada di atas karena jarang tersentuh oleh manusia. Namun total perjalanan mulai dari Curug 7 dan mendaki hingga Curug 1, diperlukan waktu sekitar 4jam!

Jalan jajanan

Bosan dengan makanan yang tersedia sehari-hari? Bosan dengan rutinitas yang sama? Bosan dengan suasana Jakarta yang dipenuhi hutan beton?

Tak ada salahnya sesekali menikmati sekedar makan siang atau makan malam di Bogor. Kota yang tak jauh dari Jakarta dan bisa ditempuh dengan angkutan umum ini, menyimpan banyak jajanan dan menu yang membangkitkan selera makan. Dilengkapi pula dengan aura kota yang sejuk dan beda dari Jakarta. Memang sih, di hari Libur, kota ini akan dipenuhi kendaraan berpelat B. Tapi tak ada salahnya kan ikut bermacet ria di sini sambil menikmati suasana kotanya.

Plesir tak selalu identik dengan kemewahan dan waktu khusus. Hari minggu saja sudah cukup. Jelajahi Kota Bogor yang lengkap dengan berbagai wisata dan jajanannya.

Jalan Suryakencana, menyimpan wisata kuliner yang cukup komplit. Mulai dari Ngo Hiong yang khas bogor sampai mi kocok dan lumpia basah.

Ngo Hiong gang aut yang paling yahud. Enak, murah dan porsinya mantab. Cukup untuk berdua. Di sini tak hanya menawarkan Ngo Hiong saja, ada pangsit pengantin. Ngo Hiang ini isinya Daging babi or ayam cincang, ditemani kentang goreng dan tahu goreng dimakan dengan kuah kentel hampir yang agak manis dan memang terasa bumbu ngohiangnya. Sedangkan pangsit pengantin... mirip dengan soto.

Tak jauh dari Ngo Hiang gang Aut, ada Soto mie Agih cabang Bogor. Menunya cukup beragam. buat yang gak suka Ngo Hiong.. bolehlah makan di sini. Mulai dari Lo Mie, Mi Kocok, sampe mi Pangsit pengantin. Harganya? Gak semahal di Jakarta lah..

Sst.. di sepanjang jalan Surken atau surya kencana ini, ada banyak penjual kaki lima yang menjajakan dengan gerobak. Yang asik buat cemilan n bisa dibawa-bawa ya.. lumpia basahnya. berbeda dengan lumpia basah yang kita temui di Jakarta, lumpia Bogor ini manis. Isinya antara lain, toge, telur, tahu, dan irisan bengkuang. Beda sekali kan dengan lumpia yang kita jumpai. Ukurannya pun... 3 kali lipat dari lumpia biasa.. Tapi rasanya.. Muantab.... harganya gak lebih dari Rp 10.000 rupiah kok.

Ingin masakan Sunda? Boleh juga mampir di Taman Palem. Resto yang mengkhususkan diri dengan masakan Sunda ini, memiliki interior yang khas. Meja kursinya didesain seperti gelondongan kayu yang dipernis. Di sini, kita bisa langsung pilih dan ambil makanan yang kita inginkan. Gak perlu pesen ke waiter trus di catat gitu. Mirip2 dengan ampera deh... Yang pasti harganya lagi-lagi gak mencekek leher. Makanannya pun enak.

Tuesday, December 28, 2010

Ujung Genteng: Intan yang belum terasah

Bila hasrat untuk menikmati alam sudah menggebu.. Apa daya lagi. Ya, harus dipenuhi. Apalagi bila berada di Jakarta yang semakin sumpek dan ruwet.

Dengan modal info dari internet... Akhirnya kami berangkat ke sebuah tempat di selatan Sukabumi. Daerah yang kaya dengan tempat wisatanya. Mulai dari pantai, gua, dan air terjun. Ujung genteng tujuan trip kami kali ini. Dengan pasukan 12 orang, Aku, Arjuna, Chintia, Lala, Hugo, Sylvia, Wawa, Wenty, Polim, Wika, yenny, dan Nimas, kami berangkat pukul 22.00 dari Mall Taman Anggrek sebagai meeting point kami.

Perjalanan malam.. tidak selalu nyaman. Apalagi dengan jalanan yang tidak rata dan berkelok-kelok. Tapi mau bagaimana lagi... memang harus ditempuh. Dan perjalanan malam bisa menghemat waktu supaya lebih puas menikmati daerah tujuan. Sekitar pukul 3 pagi, kami sudah sampai di daerah Surade dan sedang turun hujan cukup deras. Karena sudah capek dan mengantuk, kami memutuskan berhenti di pom bensin di Surade untuk isitirahat dan numpang tidur di musholla.


Pukul 06.30 kami melanjutkan perjalanan ke pantai ujung genteng. Langsung ke penginapan. tadinya kami berencana ke curug cikaso dulu sebelum ke penginapan untuk memangkas waktu perjalanan. Tapi, kami kesulitan cari warung nasi untuk sarapan dan hujan masih turun rintik-rintik. Jadi lebih baik ke penginapan dulu untuk sekadar makan indomie atau pop mie yang sudah kami bawa.


Sepanjang perjalanan Surade-Ujung Genteng, pemandangan hijaunya sawah dan deretan pohon kelapa seolah memanjakan mata. Di kejauhan, mulai tampak, birunya laut. Bau tanah dan daun yang basah, bercampur dengan bau laut membuai penciuman kami semua.


Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 1 jam, kami pun tiba di pinggir pantai. Kini saatnya mencari dimana letak penginapan kami, Pondok Adi tepatnya. Jalan berpasir dengan kubangan air menganga harus dilewati mobil kami untuk sampai ke pondok Adi. Tapi pemandangan yang disuguhkan.. wow.. pantai semua bung.. hahhaha.... Pondok Adi ini ternyata ada di tepi pantai. Begitu keluar dari Pondok Adi.. kita bisa berlarian di tepi pantai.


Begitu sampai di penginapan yang kami pesan beberapa hari sebelumnya, kami tidak bisa langsung membenahi bawaan kami. Pihak Pondok Adi ternyata masih mau membersihkan pondok kami. Sambil menunggu pondok itu siap dihuni, kami memutuskan untuk menyusuri Pantai Ujung Genteng dan Pantai Akuarium.


Dinamakan pantai akuarium karena pada saat pasang surut, kita bisa menikmati biota laut yang tertinggal di sela-sela karang. ikan yang berwarna warni, bintang laut, teripang, koral, dan sebagainya. Sepanjang garis pantai terdapat barisan karang selebar kurang lebih 500 meter yang berfungsi untuk memecah ombak. Ombak-ombak laut selatan yang terkenal besar langsung dibikin tak berkutik di sini sehingga pantai ini aman untuk digunakan bermain air dan mandi-mandi.


Penginapan kami bentuknya unik. Berbeda dengan penginapan lain yang berbentuk rumah biasa, penginapan di pondok adi ini berbentuk rumah panggung yang legkap dengan balkon kecilnya. Dari balkon ini, kita bisa langsung menikmati pantai di depannya. Halaman pondoknya ditanami pohon-pohon kelapa sehingga memberi kesan rindang sekalipun di siang hari.


Di pondok ini memang tidak disediakan makanan, tapi mereka memiliki fasilitas bakar-bakar ikan untuk pengunjungnya yang ingin membakar sendiri ikan mereka. Kita bisa belanja ikan di pasar ikan tak jauh dari situ. Dijamin harganya murah, dan ikannya segar. Kami sudah mencobanya untuk makan malam. Di pasar ikan, kami membeli udang 1 kilo seharga Rp 45.000,-, baby hiu Rp 15.000,-/ seekor, ikan layur Rp 25.000,-/kg, dan ikan kakap seharga Rp 30.000 untuk 1,5 kg.


Untungnya pagi itu cuacanya cerah setelah hujan melanda daerah itu. Dan pasang pun sedang surut. Alam sepertinya ingin memberi kesempatan kami untuk menikmati daerah itu. Rute pertama kami adalah menuju ke curug cikaso. Letak curug ini sekitar 1 jam perjalanan dengan mobil dari ujung genteng. Masih di daerah surade sih. Dengan mobil sewaan, kami langsung menuju ke curug ini. Sampai di sana, kami diantar ke gubug yang ternyata adalah loket tempat wisata. Ada paket wisata yang mereka tawarkan.


Paket curug cikaso Rp 80.000,- / perahu untuk 12 orang, hanya 5 menit dengan perahu. Dan paket Rp 200.000,- untuk ke curug cikaso dan sengkeu yang nantinya akan dijadikan tempat arung jeram. Kami memilih unutk mengambil paket Rp 200.000 tersebut. Sayang jika sudah sampai sana tapi tidak melihat tempat lain. Ternyata, pemandangan ke sengkeu sangat indah. Kiri kanan ada tebing dengan hutan lebat dan ada air terjun di sela-selanya. Sayangnya saat itu debit air sangat tinggi karna hujan semalam sehingga kami tidak bisa naik ke batu-batuan di tengah sungai. Menurut abang perahu yang juga penduduk setempat, jika debit air tidak tinggi, kami bisa duduk - duduk di batuan besar yang ada di tengah sungai.


Puas menikmati alam di sengkeu, kami langsung menuju ke curug cikaso. Curug dengan 3 air terjun layaknya tirai. Lagi-lagi debit air yang tinggi membuat air di curug ini sangat melimpah dah berterbangan ditiup angin. Airnya sejuk dan segar. Hanya saja, kadang muka terasa sakit terkena terpaan angin bercampur air.


Kami puaskan bermain dengan air di curug itu.. sambil tentu saja berfoto ria.. Untungnya abang perahu mengajak kami ke sebuah celah bebatuan yang dekat dengan air terjun unutk berfoto ria sehingga kamera kami tidak basah terkena hembusan air. Lepas dari curug itu, kami putuskan untuk berjalan kaki ke jembatan gantung yang letaknya tak jauh dari sana sambil mengeringkan pakaian. Mencoba sensasi menyberang di jembatan kayu gantung yang panjang dan tinggi dengan bawahnya adalah sungai yang cukup deras. Sensasinya itu lhooo.. hahahah…. Memang sih jembatan ini lebih kuat dibandingkan dengan jembatan di Sawarna. Tapi tetap saja, kalau kepeleset dan jatuh.. wassalam deh.


Lepas dari Curug cikaso… lanjut lagi ke cigangsa. Dengar-dengar sih untuk sampai ke air terjun ini jalannya terjal dan licin. Dan harus dengan jalan kaki. Benar saja, mobil yang kami tumpangi hanya bisa sampai di ujung desa. Dan perjalanan menyusuri bukit, pematang sawah, tebing dan sungai harus dilakukan dengan jalan kaki. Dan harus hati-hati. Terpeleset sedikit saja, langsung jatuh ke sawah-sawah jauh di bawahnya. Sungai yang dilalui pun sekalipun dangkal tapi licin dan berarus deras. Untungnya ada 2 orang warga setempat yang mengawal dan menjadi guide kami. Mereka dengan baik hati mencarikan jalan termudah untuk dilalui dan membantu kami.

Setelah naik dan turun berkali-kali.. sampailah kami di kaki air terjun. puas dengan air terjun dan medannya.. kami langsung meluncur ke Amanda Ratu Resort. Tempat yang dikenal dengan nama Tanah Lot Amanda Ratu. Ceritanya sih.. mau cari sunset di sini.. tapi apa daya.. mendung menggantung. heheheh.. lumayan lah.. semburat matahari bisa dinimatin sedikit di sela-sela mendung.


Esoknya.. sebelum pulang.. kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di pantai akuarium saja. karena kemarin belum puas main di pantai. bermain dengan ombak.. menatap biota-biota laut.


SSTtt.. untuk trip kali ini... modalnya lagi-lagi Rp 350.000 an....hehhehe,....