Bila hasrat untuk menikmati alam sudah menggebu.. Apa daya lagi. Ya, harus dipenuhi. Apalagi bila berada di Jakarta yang semakin sumpek dan ruwet.
Dengan modal info dari internet... Akhirnya kami berangkat ke sebuah tempat di selatan Sukabumi. Daerah yang kaya dengan tempat wisatanya. Mulai dari pantai, gua, dan air terjun. Ujung genteng tujuan trip kami kali ini. Dengan pasukan 12 orang, Aku, Arjuna, Chintia, Lala, Hugo, Sylvia, Wawa, Wenty, Polim, Wika, yenny, dan Nimas, kami berangkat pukul 22.00 dari Mall Taman Anggrek sebagai meeting point kami.
Perjalanan malam.. tidak selalu nyaman. Apalagi dengan jalanan yang tidak rata dan berkelok-kelok. Tapi mau bagaimana lagi... memang harus ditempuh. Dan perjalanan malam bisa menghemat waktu supaya lebih puas menikmati daerah tujuan. Sekitar pukul 3 pagi, kami sudah sampai di daerah Surade dan sedang turun hujan cukup deras. Karena sudah capek dan mengantuk, kami memutuskan berhenti di pom bensin di Surade untuk isitirahat dan numpang tidur di musholla.
Pukul 06.30 kami melanjutkan perjalanan ke pantai ujung genteng. Langsung ke penginapan. tadinya kami berencana ke curug cikaso dulu sebelum ke penginapan untuk memangkas waktu perjalanan. Tapi, kami kesulitan cari warung nasi untuk sarapan dan hujan masih turun rintik-rintik. Jadi lebih baik ke penginapan dulu untuk sekadar makan indomie atau pop mie yang sudah kami bawa.
Sepanjang perjalanan Surade-Ujung Genteng, pemandangan hijaunya sawah dan deretan pohon kelapa seolah memanjakan mata. Di kejauhan, mulai tampak, birunya laut. Bau tanah dan daun yang basah, bercampur dengan bau laut membuai penciuman kami semua.
Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 1 jam, kami pun tiba di pinggir pantai. Kini saatnya mencari dimana letak penginapan kami, Pondok Adi tepatnya. Jalan berpasir dengan kubangan air menganga harus dilewati mobil kami untuk sampai ke pondok Adi. Tapi pemandangan yang disuguhkan.. wow.. pantai semua bung.. hahhaha.... Pondok Adi ini ternyata ada di tepi pantai. Begitu keluar dari Pondok Adi.. kita bisa berlarian di tepi pantai.
Begitu sampai di penginapan yang kami pesan beberapa hari sebelumnya, kami tidak bisa langsung membenahi bawaan kami. Pihak Pondok Adi ternyata masih mau membersihkan pondok kami. Sambil menunggu pondok itu siap dihuni, kami memutuskan untuk menyusuri Pantai Ujung Genteng dan Pantai Akuarium.
Dinamakan pantai akuarium karena pada saat pasang surut, kita bisa menikmati biota laut yang tertinggal di sela-sela karang. ikan yang berwarna warni, bintang laut, teripang, koral, dan sebagainya. Sepanjang garis pantai terdapat barisan karang selebar kurang lebih 500 meter yang berfungsi untuk memecah ombak. Ombak-ombak laut selatan yang terkenal besar langsung dibikin tak berkutik di sini sehingga pantai ini aman untuk digunakan bermain air dan mandi-mandi.
Penginapan kami bentuknya unik. Berbeda dengan penginapan lain yang berbentuk rumah biasa, penginapan di pondok adi ini berbentuk rumah panggung yang legkap dengan balkon kecilnya. Dari balkon ini, kita bisa langsung menikmati pantai di depannya. Halaman pondoknya ditanami pohon-pohon kelapa sehingga memberi kesan rindang sekalipun di siang hari.
Di pondok ini memang tidak disediakan makanan, tapi mereka memiliki fasilitas bakar-bakar ikan untuk pengunjungnya yang ingin membakar sendiri ikan mereka. Kita bisa belanja ikan di pasar ikan tak jauh dari situ. Dijamin harganya murah, dan ikannya segar. Kami sudah mencobanya untuk makan malam. Di pasar ikan, kami membeli udang 1 kilo seharga Rp 45.000,-, baby hiu Rp 15.000,-/ seekor, ikan layur Rp 25.000,-/kg, dan ikan kakap seharga Rp 30.000 untuk 1,5 kg.
Untungnya pagi itu cuacanya cerah setelah hujan melanda daerah itu. Dan pasang pun sedang surut. Alam sepertinya ingin memberi kesempatan kami untuk menikmati daerah itu. Rute pertama kami adalah menuju ke curug cikaso. Letak curug ini sekitar 1 jam perjalanan dengan mobil dari ujung genteng. Masih di daerah surade sih. Dengan mobil sewaan, kami langsung menuju ke curug ini. Sampai di sana, kami diantar ke gubug yang ternyata adalah loket tempat wisata. Ada paket wisata yang mereka tawarkan.
Paket curug cikaso Rp 80.000,- / perahu untuk 12 orang, hanya 5 menit dengan perahu. Dan paket Rp 200.000,- untuk ke curug cikaso dan sengkeu yang nantinya akan dijadikan tempat arung jeram. Kami memilih unutk mengambil paket Rp 200.000 tersebut. Sayang jika sudah sampai sana tapi tidak melihat tempat lain. Ternyata, pemandangan ke sengkeu sangat indah. Kiri kanan ada tebing dengan hutan lebat dan ada air terjun di sela-selanya. Sayangnya saat itu debit air sangat tinggi karna hujan semalam sehingga kami tidak bisa naik ke batu-batuan di tengah sungai. Menurut abang perahu yang juga penduduk setempat, jika debit air tidak tinggi, kami bisa duduk - duduk di batuan besar yang ada di tengah sungai.
Puas menikmati alam di sengkeu, kami langsung menuju ke curug cikaso. Curug dengan 3 air terjun layaknya tirai. Lagi-lagi debit air yang tinggi membuat air di curug ini sangat melimpah dah berterbangan ditiup angin. Airnya sejuk dan segar. Hanya saja, kadang muka terasa sakit terkena terpaan angin bercampur air.
Kami puaskan bermain dengan air di curug itu.. sambil tentu saja berfoto ria.. Untungnya abang perahu mengajak kami ke sebuah celah bebatuan yang dekat dengan air terjun unutk berfoto ria sehingga kamera kami tidak basah terkena hembusan air. Lepas dari curug itu, kami putuskan untuk berjalan kaki ke jembatan gantung yang letaknya tak jauh dari sana sambil mengeringkan pakaian. Mencoba sensasi menyberang di jembatan kayu gantung yang panjang dan tinggi dengan bawahnya adalah sungai yang cukup deras. Sensasinya itu lhooo.. hahahah…. Memang sih jembatan ini lebih kuat dibandingkan dengan jembatan di Sawarna. Tapi tetap saja, kalau kepeleset dan jatuh.. wassalam deh.
Lepas dari Curug cikaso… lanjut lagi ke cigangsa. Dengar-dengar sih untuk sampai ke air terjun ini jalannya terjal dan licin. Dan harus dengan jalan kaki. Benar saja, mobil yang kami tumpangi hanya bisa sampai di ujung desa. Dan perjalanan menyusuri bukit, pematang sawah, tebing dan sungai harus dilakukan dengan jalan kaki. Dan harus hati-hati. Terpeleset sedikit saja, langsung jatuh ke sawah-sawah jauh di bawahnya. Sungai yang dilalui pun sekalipun dangkal tapi licin dan berarus deras. Untungnya ada 2 orang warga setempat yang mengawal dan menjadi guide kami. Mereka dengan baik hati mencarikan jalan termudah untuk dilalui dan membantu kami.
Setelah naik dan turun berkali-kali.. sampailah kami di kaki air terjun. puas dengan air terjun dan medannya.. kami langsung meluncur ke Amanda Ratu Resort. Tempat yang dikenal dengan nama Tanah Lot Amanda Ratu. Ceritanya sih.. mau cari sunset di sini.. tapi apa daya.. mendung menggantung. heheheh.. lumayan lah.. semburat matahari bisa dinimatin sedikit di sela-sela mendung.
Esoknya.. sebelum pulang.. kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di pantai akuarium saja. karena kemarin belum puas main di pantai. bermain dengan ombak.. menatap biota-biota laut.
SSTtt.. untuk trip kali ini... modalnya lagi-lagi Rp 350.000 an....hehhehe,....