Tuesday, September 6, 2011

Pottery Village and Kulit Telur


Pagi pertama di Tanah Mutiara. pulau baru yang menurut orang – orang sangat indah. Meski berdekatan denagn bali, pulau ini bisa dibilang berbeda 180 derajat dengan Bali. Jika di libur hari raya seperti sekarang ini, Bali bisa sangat penuh, sedangkan Lombok… bisa dikatakan cukup lengang. Tak ada tumpukan mobil dan orang di daerah wisata. Bahkan, di daerah pantai senggigi yang notabene cukup terkenal, hanya ada keramaian bisa. Bukan yang berjubel-jubel.  Tempat-tempat makan pun rata-rata tutup.

Sehabis sarapan pagi 2 bungkus indomie goreng, kaki siap melangkah. Menjelajah pulau ini. Minimal ke daerah-daerah yang menurut kata orang patut dikunjungi, wajib bahkan. Jam 9 tepat, rombongan kecil berjumlah 5 orang ini siap berangkat. Tujuan pertama adalah pottery village. Sebuah desa yang menghasilkan barang-barang gerabah. Dalam bayangan… benar-benar semua penduduk satu desa membuat gerabah di rumah masing-masing. Namun ternyata, bayangan itu bubar saat melihat bahwa yang namanya Desa Banyumulek yang terkenal denagn gerabahnya itu.. terdiri dari 1 area luas dengan 2 buah bangunan besar. 1 berfungsi sebagai showroom untuk barang-barang yang dijual. 1 lagi adalah workshop pembuatan barang-barang.

Barang-barang yang mereka hasilkan memang unik dan beraneka ragam. Rata-rata terbuat dari tanah lempung atau tanah liat yang dibentuk, dibakar, dan dicat. Untuk hiasannya mereka menggunakan kulit telur yang dibentuk dan ditambahi hiasan dari cat tembok. Harga barang-barang yang dijual beraneka ragam. Namun, menurutku, cukup mahal. Harga satu buah tatakan gelas bisa mencapai Rp 35.000,- sedangkan gelas kecil diberi harga Rp 50.000,-


Alhasil, di sana, kami hanya melihat-lihat proses pembuatannya tanpa membeli barang satu buahpun. Tadinya kami naksir dengan gelas yang berbentuk teko teh dengan hiasan ukiran. Namun, setelah tahu harganya, kami memutuskan tidak jadi membelinya daripada mubazir tidak terpakai.

Sepertinya harus dipikirkan kembali pengelolaan dan penataan barang-barang hasil gerabah tersebut serta harga-harganya agar tidak hanya turis-turis mancanegara saja yang membelinya, tapi juga turis local.

Malam Pertama Di Tanah Mutiara

Setelah delay 45 menit dari jadwal, akhirnya GA 432 berangkat pukul 19.00. Sampai di lombok pukul 21.40 WITA. Karna gak ada bagasi.akhirnya bisa langsung ngacir ke pintukeluar deh. Langsung ketemu sama pak Edy yang jemput kami.

Dalam bayangan sih.. Lombok itu diwaktu malam akan ramai. Ternyata... Jauh sekali dari bayangan. Jalanansangat sepi. Bahkan di pusat keramaian malam seperti senggigi.. Cukup sepi... Hanya di beberapa kafe saja yg masih rame. Apa karna pengaruh bulan puasa ya? Entahlah.

Sekitar jam 11 malam kami keluar dari villa untuk mencari late dinner. Awalnya berharap menemukan di happy cafe. Ternyata makanan di sana sudah habis. Runding punya runding kami memutuskan nyebrang ke papaya cafe. Untuk harga...lebih murah di happy cafe. Sedangkanrasa.. biasa aja...