Solo travelling alias jalan- jalan sendirian bagi sebagian orang mungkin
biasa saja. hal yang lumrah. Tapi bagi sbagian lagi... solo travelling
merupakan sesuatu yg Wah! Nekat! Lingkunganku menganggap solo travelling
adalah sesuatu yg wah dan nekat. Apalagi jika yang melakukan adalah
cewek dan travellingnya ke negeri orang.
Berawal dari keinginan mengunjungi negara tetangga dan kembali
mnginjakan kaki ke bangkok, aku nekat membeli tiket tanpa memberi tahu
teman lain. Alasan lainnya untuk membuktikan kalau aku bisa jalan-jalan
sendiri tanpa tergantung dari teman. Kalau terus menunggu teman, kapan
aku bisa mengunjungi tempat-tempat yang aku mau.
Tiket promo tiger sudah dikantongi. PP Jakarta - Bangkok. Aku punya
waktu 10 hari 9 malam untuk menjelajah. Saatnya browsing tempat wisata,
rute transportasi,biaya, dan penginapan. selain itu juga mencari tahu
apakah tempatnya aman buat travelling sendirian. berbahagialah sekarang
teknologi sudah maju. tinggal ketik di mbah google, smua informasi sudh
tersedia.
Awalnya aku mau ke chiang mai, luang prabang, vientiane, lalu keliling
bangkok dan sekitarnya seperti pattaya, rayong, ayuthaya. Ternyata rute
chiang mai - luang prabang sangat menyita waktu dan tenaga yang akhirnya
aku buang dai itin kasar.
Tujuan utama memang Luang Praban yang masuk ke dalam World heritage nya UNESCO. sekalian ngintip tempat beruang hitam dan
menyaksikansendii morning alms ceremony yang terkenal di sana.
Tongpes - Kantong Kempes tempat saya bercerita tentang perjalanan-perjalanan yang saya alami. Pengalaman hidup, rasa yang saya miliki, dan berbagai kenangan di dalamnya
Wednesday, October 23, 2013
Sunday, March 17, 2013
Koh Kret, Pulau di tengah Sungai
Saatnya menjelajah!
Koh Kret, pulau imut di tengah sungai Chao Phraya. Saking imutnya,
cukup 2-3 jam saja untuk mengelilinginya. Di area pier ada tempat penyewaan
sepeda yang cukup murah. Lengkap dengan
peta pulau itu yang ditempel di keranjang sepeda. Saatnya olahraga sambil
mengintip isi pulau ini.
Kalau ditanya seperti apa penampakan pulau ini, dengan pasti
akan aku jawab, seperti kampong atau desa. Kiri kanan yang ada adalah tanah
kosong yang tidak terurus atau rumah-rumah kayu penduduk. Kadang kala seperti
rumah panggung, dan beberapa wat.
Benar-benar sepi sekali di sini. Di sini ada satu ruas jalan
yang merupakan perkampungan pengrajin. Desa Otop. Mereka menjual hasil
kerajinan dan makanan di depan rumah. Mulai dari gerabah, wangi-wangian, sampai
baju-baju yang unik. Sepertinya memang hasil buatan tangan. Motifnya sangat
bagus.
Untuk harga barang-barang, murah di sini disbanding di
Bangkok. Mungkin karena mereka tidak perlu sewa tempat ya… lampu-lampu untuk
aroma terapi yang dijual disini murah sekaliiii! 100 baht aja. Bentuknya juga
bagus-bagus. Lalu ada juga satu tempat yang menjual banyak patung-patung. Mulai
dari patung dewa-dewa, sampai miniature meja dan kursi makan keramik. Dan semuanya
sangat murah! Benar-benar godaan buat belanja.
Selesai dengan area belanja barang-barang cantik, perjalanan
dilanjutkan lagi. Jangan harap ketemu mobil ya di sini. Motor pun sepertinya
sangat jarang. Lebar jalanan di sini kurang lebih 1 meter aja. Menurut pemilik sepeda sih.. cuman 2 atau 3 km
saja kok jalanan di sini.
Memang ya, Thailand itu negeri seribu kuil atau wat. Di pulau
sekecil Kret ini pun, ada beberapa wat yang dibangun di sini. Yang unik itu ada
satu wat yang ada di ujung pulau, warnanya putih, yang menjorok ke sungai dan
dililit kain warna merah. Entah namanya apa. Unik sih, mengingat rata-rata wat
di Thailand ini berlapis emas. Sayang, tak sempat cicipi jajanan di sana.
Subscribe to:
Posts (Atom)