06.20
Ketika kubuka mata kembali, aku langsung disambut dengan sinar matahari pagi. Di luar jendela seluruh alam bisa dipandang lagi. Yay!!! Hamparan lahan padi dan jagung terpampang di depanku dan sesekali rumah-rumah penduduk berdiri diantaranya. Bukan rumah seperti perumahan di Jakarta. Tapi rumah biasa yang kiri kanannya tidak sama antara rumah satu adan lainnya. Dan kelihatannya rumah-rumah itu sudah berdiri lama.
Sekalipun sudah ada matahari, kabut masih menyelimuti. Sepertinya udara di luar sangat sejuk. Jadi ingin cepat keluar dari bus dan nmenghirup udara yang segar.
Geliat penduduk mulai terlihat. Di sepanjang perjalanan, di kota Nganjuk, beberapa ibu-ibu terlihat membersihkan halaman rumah mereka. Di sisi lain kota, geliat pasar dan pertokoan sudah mulai terlihat. Berbeda dengan kota besar yang perekonomiannya baru terbangun pukul 9 atau 10 pagi. Di kota kecil, segalanya dimulai di pagi hari. Istilah kesiangan rejeki dipatok ayam sepertinya melekat di mereka. Toko-toko di sepanjang jalan sudah membuka diri dan bahkan beberapa pembeli sudah terlihat berbelanja. Sungguh geliat desa dan kota sangat berbeda.
Apakah karna geliat desa dimulai lebih pagi sehingga tidak terlihat terburu-terburu seperti halnya di kota? Tapi memang aura yang terasa sangat jauh berbeda. Berada di kota kecil, iramanya menjadi lebih santai dan mengalir. Berbeda dengan ibukota yang segalanya cepat, terburu-buru hingga terkesan kasar.
1 jam lagi menuju kota tujuanku. Semoga kurang dari itu….tak sabar menyantap nasi putih mengepul ditemani sayur pecel lengkap dengan bunga turi.
Ketika kubuka mata kembali, aku langsung disambut dengan sinar matahari pagi. Di luar jendela seluruh alam bisa dipandang lagi. Yay!!! Hamparan lahan padi dan jagung terpampang di depanku dan sesekali rumah-rumah penduduk berdiri diantaranya. Bukan rumah seperti perumahan di Jakarta. Tapi rumah biasa yang kiri kanannya tidak sama antara rumah satu adan lainnya. Dan kelihatannya rumah-rumah itu sudah berdiri lama.
Sekalipun sudah ada matahari, kabut masih menyelimuti. Sepertinya udara di luar sangat sejuk. Jadi ingin cepat keluar dari bus dan nmenghirup udara yang segar.
Geliat penduduk mulai terlihat. Di sepanjang perjalanan, di kota Nganjuk, beberapa ibu-ibu terlihat membersihkan halaman rumah mereka. Di sisi lain kota, geliat pasar dan pertokoan sudah mulai terlihat. Berbeda dengan kota besar yang perekonomiannya baru terbangun pukul 9 atau 10 pagi. Di kota kecil, segalanya dimulai di pagi hari. Istilah kesiangan rejeki dipatok ayam sepertinya melekat di mereka. Toko-toko di sepanjang jalan sudah membuka diri dan bahkan beberapa pembeli sudah terlihat berbelanja. Sungguh geliat desa dan kota sangat berbeda.
Apakah karna geliat desa dimulai lebih pagi sehingga tidak terlihat terburu-terburu seperti halnya di kota? Tapi memang aura yang terasa sangat jauh berbeda. Berada di kota kecil, iramanya menjadi lebih santai dan mengalir. Berbeda dengan ibukota yang segalanya cepat, terburu-buru hingga terkesan kasar.
1 jam lagi menuju kota tujuanku. Semoga kurang dari itu….tak sabar menyantap nasi putih mengepul ditemani sayur pecel lengkap dengan bunga turi.