Saturday, September 10, 2011

Pasir Merica Tanjung Aan


Lepas dari keindahan pantai Kuta, lagi-lagi mata dimanjakan oleh keindahan Tanjung Aan. Hati serasa berdesir jatuh cinta pada tempat ini. Hanya dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit menuju ke tempat ini dari Pantai Kuta. Kondisi jalan menuju tempat ini cukup bagus sekalipun tidak terlalu lebar.


Lautan air biru bening dikelilingi karang terjal dan hamparan pasir pantai seakan mengundang pengunjung untuk menghabiskan waktu seharian memandanginya.

Pantai satu ini benar-benar surga bagi pencinta pantai. Memang tempat ini tidak bisa untuk bersnorkling, namun, dengan ombak yang relative tenang dan air laut yang jernih, masih tetap menggoda untuk bermain di pantainya.
 Uniknya lagi, pasir di tempat ini bukan seperti pasir di tempat lain yang halus seperti serbuk. Di sini, pasir pantainya lebih mirip merica. Berbutir-butir kasar. Cukup banyak pengunjung yang mengambil pasir di sini untuk dibawa pulang dijadikan hiasan. Dengan teksturnya yang unik itu, pasirnya bisa dicuci bila kotor.

Dari atas karang-karang yang tinggi dan terjal… terlihat gradasi air yang menakjubkan. Dari bibir pantai, air terlihat hijau. Lama kelamaan menjadi biru, lalu biru tua. Setelah itu kembali hijau lagi di tempat yang berbatasan dengan karang.



Penduduk sekitar kawasan ini juga terlihat hidup dengan standar yang minimal. kalau tidak salah ingat.. sepanjang perjalanan ke tempat ini.. aku tidak melihat ada kabel listrik yang melintang di speanjang jalan. Bagi turis lokal kawasan ini bisa jadi sekedar pengalaman pernah ke tempat ini mengingat jarak yang jauh dibandingkan pantai Senggigi dan sekitarnya. Tempat ini juga belum begitu dikembangkan atau digarap untuk menjadi sebuah kawasan wiasata yang menngundang minat, selain memang alamnya sudah indah.

Tuesday, September 6, 2011

Kuta Bukan Hanya Bali Punya



Siang semakin terik, perjalanan tetap dilanjutkan. Kali ini tujuannya adalah pantai. Bukan ke Lombok jika tidak menjajal pantai-pantainya yang terkenal indah. Lombok Selatan seringkali dikatakan sebagai surga bagi pecinta pantai. Kuta adalah salah satu pantai yang terkenal keindahannya. Bila mendengar nama Kuta, yang terbayang dalam benak orang adalah pulau Bali. Memang Kuta identik dengan Bali, namun, Lombok pun memiliki pantai Kuta. Keindahan pantainya tak kalah dengan Pantai Kuta di pulau Bali.



Tidak mudah mencapai pantai ini. Memang akses jalan sudah ada. Namun, kontur jalanan di tempat ini naik turun dan berkelok-kelok. Jika dalam benak kita, untuk mencapai pantai, hanya didapatkan jalanan lurus dan mulus, tidak demikian di lombok. Justruk kontur jalannya melewati perbukitan yang terjal dan berkelok. Mungkin ini juga salah satu penyebabnya sampai tidak banyak orang yang datang ke wilayah ini.

Pantai yang dikelilingi perbukitan terjal dan pasir pantai yang putih bersih serta ketenangan menawarkan sebuah tempat yang nyaman untuk beristirahat atau sekadar menyepi. Dari jauh, akan terlihat air laut yang berbatasan dengan bukit serta persatuannya dengan langit. Ditambah denagn pasir pantainya yang putih dan bersih. Hanya satu kata yang mampu diucapkan untuk menggambarkan keindahan pantai di ujung selatan Pulau Lombok ini. “MENAKJUBKAN”.



Di sini, banyak warung-warung yang menjajakan berbagai souvenir khas Lombok seperti mutiara yang entah asli atau tidak dan kain – kain songketnya yang indah. Harga yang ditawarkan di sini, bukan harga mati alias bisa ditawar. Selain itu, di sekitar pantai ini bertebaran juga penginapan-penginapan sekelas hostel yang cukup murah.

Menurut keterangan ibu penjual souvenir, di daerah pantai kuta ini, masih belum ada listrik. Awalnya kami tak percaya bahwa tempat wisata yg terkenal ini belum terjamah oleh listrik. Tapi keterangan ini juga kami dapatkan dari Pak Edy yang siang itu mengantarkan kami berkeliling. Ditambah lagi, jika diamati lebih teliti, tidak terlihat kabel-kabel listrik yang bersliweran di sepanjang jalan. Lalu, darimana penduduk sana dan hostel-hostel mendapatkan listrik?? Bergantung dari diesel terus? Mengapa PLN belum masuk ke daerah yang boleh dibilang bukan daerah terpencil itu?


Pottery Village and Kulit Telur


Pagi pertama di Tanah Mutiara. pulau baru yang menurut orang – orang sangat indah. Meski berdekatan denagn bali, pulau ini bisa dibilang berbeda 180 derajat dengan Bali. Jika di libur hari raya seperti sekarang ini, Bali bisa sangat penuh, sedangkan Lombok… bisa dikatakan cukup lengang. Tak ada tumpukan mobil dan orang di daerah wisata. Bahkan, di daerah pantai senggigi yang notabene cukup terkenal, hanya ada keramaian bisa. Bukan yang berjubel-jubel.  Tempat-tempat makan pun rata-rata tutup.

Sehabis sarapan pagi 2 bungkus indomie goreng, kaki siap melangkah. Menjelajah pulau ini. Minimal ke daerah-daerah yang menurut kata orang patut dikunjungi, wajib bahkan. Jam 9 tepat, rombongan kecil berjumlah 5 orang ini siap berangkat. Tujuan pertama adalah pottery village. Sebuah desa yang menghasilkan barang-barang gerabah. Dalam bayangan… benar-benar semua penduduk satu desa membuat gerabah di rumah masing-masing. Namun ternyata, bayangan itu bubar saat melihat bahwa yang namanya Desa Banyumulek yang terkenal denagn gerabahnya itu.. terdiri dari 1 area luas dengan 2 buah bangunan besar. 1 berfungsi sebagai showroom untuk barang-barang yang dijual. 1 lagi adalah workshop pembuatan barang-barang.

Barang-barang yang mereka hasilkan memang unik dan beraneka ragam. Rata-rata terbuat dari tanah lempung atau tanah liat yang dibentuk, dibakar, dan dicat. Untuk hiasannya mereka menggunakan kulit telur yang dibentuk dan ditambahi hiasan dari cat tembok. Harga barang-barang yang dijual beraneka ragam. Namun, menurutku, cukup mahal. Harga satu buah tatakan gelas bisa mencapai Rp 35.000,- sedangkan gelas kecil diberi harga Rp 50.000,-


Alhasil, di sana, kami hanya melihat-lihat proses pembuatannya tanpa membeli barang satu buahpun. Tadinya kami naksir dengan gelas yang berbentuk teko teh dengan hiasan ukiran. Namun, setelah tahu harganya, kami memutuskan tidak jadi membelinya daripada mubazir tidak terpakai.

Sepertinya harus dipikirkan kembali pengelolaan dan penataan barang-barang hasil gerabah tersebut serta harga-harganya agar tidak hanya turis-turis mancanegara saja yang membelinya, tapi juga turis local.

Malam Pertama Di Tanah Mutiara

Setelah delay 45 menit dari jadwal, akhirnya GA 432 berangkat pukul 19.00. Sampai di lombok pukul 21.40 WITA. Karna gak ada bagasi.akhirnya bisa langsung ngacir ke pintukeluar deh. Langsung ketemu sama pak Edy yang jemput kami.

Dalam bayangan sih.. Lombok itu diwaktu malam akan ramai. Ternyata... Jauh sekali dari bayangan. Jalanansangat sepi. Bahkan di pusat keramaian malam seperti senggigi.. Cukup sepi... Hanya di beberapa kafe saja yg masih rame. Apa karna pengaruh bulan puasa ya? Entahlah.

Sekitar jam 11 malam kami keluar dari villa untuk mencari late dinner. Awalnya berharap menemukan di happy cafe. Ternyata makanan di sana sudah habis. Runding punya runding kami memutuskan nyebrang ke papaya cafe. Untuk harga...lebih murah di happy cafe. Sedangkanrasa.. biasa aja...

Monday, May 2, 2011

Sempu - Berkubang Lumpur Berhadiah Keindahan

Segara Anakan dikelilingi pepohonan
Pagi-pagi buta, kamar sebelah sudah aku ketuk. Membangunkan penghuninya untuk segera bersiap memulai perjalanan kembali. Tujuan kali ini adalah sebuah tempat yang menjadi tujuan utama perjalanan panjang ini. PULAU SEMPU dengan Segara Anakannya yang terkenal di kalangan pecinta alam dan para backpacker.

Untuk mencapai pulau sempu ini, kami harus ke pantai sendang biru yang terletak di desa sumbermanjing. Perjalanan dari malang kota sampai pantai ini kurang lebih 2 jam, melewati Turen. Awalnya jalanan mulus dan lurus.. Tidak berbelak belok. Lama-lama jalanan menjadi menanjak, dan berkelak-kelok. Cukup menyeramkan karena turunan dan belokan tajam dan jalanan yang tidak terlalu lebar. Pemandangan di sekiltarnya indah lho. Karena kita berada di ketinggian, otomatis.. Kita disuguhi pemandangan desa di bawahnya yang masih memiliki lahan padi luas... Segar dan sejuk lho....

Pulau Sempu yang terletak di Malang Selatan ini baru beberapa tahun terakhir ini menjadi pusat perhatian dan menjadi salah satu tujuan wisata para backpacker dari dalam dan luar negeri. Pulau yang seluruhnya tertutup pepohonan ini sebenarnya bukanlah tempat wisata, melainkan sebuah cagar alam yang dilindungi oleh pemerintah propinsi Jawa Timur. Pulau dengan luas huta 887 ha ini memiliki sebuah danau yang airnya asin di tengahnya. Air danau ini berasal dari air laut yang berada di luar pulau. Pulau ini langsung terhubung dengan Samudera Hindia.

Segara Anakan, danau dengan air asin itu, terjaga keaslian dan kebersihannya. Mengingat tempat ini bukanlah tempat wisata, tentu saja tidak terdapat fasilitas dan kemudahan untuk pengunjung yang ingin menikmati keindahannya.

Untuk mencapai Segara Anakan, pengunjung harus menyeberang dengan perahu dari Pantai Sendang Biru setelah mendapat ijin da
ri petugas konservasi setempat. Sebenarnya, untuk masuk ke dalam hutan di pulau sempu dan mencapai segara anakan, tiap pengunjung yang datang sudah harus membawa SIMAKSI (Surat Ijin Memasuki Kawasan Konservasi) Untuk pulau sempu sendiri, SIMAKSI ini dikeluarkan oleh petugas yang berada di bandara Juanda. Tidak ada perwakilan di tempat lain. Namun, karena banyak pengunjung yang tidak memahami hal ini, menurut petugas di pulau sempu, maka petugas di pulau sempu mengeluarkan surat ijin untuk pengunjung. Tentu saja dengan biaya pengganti sukarela. Kemarin ini kami memberikan Rp 20.000 untuk biaya penggantinya.

Indahnya pasir pantai berpadu dengan air
Selesai dengan urusan administrasi dan pemberian petujuk, kami mulai ke penyewaan sepatu khusus untuk berjalan di dalam hutan. Petugas yang ada tidak memaksa kami menyewa sepatu itu, namun menganjurkan unutk memakai sepatu khusus, mengingat meda di dalam hutan sempu yang berlumpur, penuh akar pohon dan berkarang. Sepatu yang digunakan mirip dengan sepatu bola, bedanya hanya pada bahan yang dipakai. Bahan untuk sepatu ini adalah karet. Sol bagian bawah sepatu juga memiliki tonjolan-tonjolan yang nantinya memudahkan perjalanan dan tidak membuat kaki kita lecet saat menginjak karang-karang tajam.

Mendengar penjelasan si petugas, terkesan setengah memaksa untuk menyewa sepatu, namun, setelah dipikir-pikir, masuk akal juga mengingat akhir-akhir ini cuaca hujan, dan seluruh lapisan pulau tertutup pohon tebal yang tidak memungkinkan tanah terkena cahaya matahari. Pasti sangat becek dan susah dilalui. Ternyata harga penyewaan sepatu hanya Rp 10.000,- sekali pakai sampai selesai. Kalau misalkan kita berniat kemping di dekat segara anakan pun, harga sewa sepatu tetap Rp 10.000,- Tidak komersil juga. Cukup wajar lah untuk sewa sepatu khusus seperti itu.

Beres sudah urusan sepatu. Sepatu kami masing-masing dititipkan ke ibu yang menyewakan sepatu tersebut. Lanjutnya, urusan pemandu. Dari awal, aku sudah tau dari informasi di internet bahwa kita bisa meminta pemandu untuk membantu kita sampai ke segara anakan. Dan ternyata semua yang kita butuhkan bisa kita dapatkan dari petugas konservasi setempat yang mencarikan pemandu. Mengenai harga, standarnya Rp 100.000,- untuk 1 kali perjalanan bolak-balik. Entah jika menginap. Bisa jadi sama atau lebih. Pemandu ini juga bisa membantu kita membawa beberapa barang bawaan mengingat biasanya pemandu yang ada adalah bapak-bapak dan telah mengetahui medan yang dilalui.

Pemandu yang akan membawa kami melewati hutan adalah Pak Masdi. Dari Pak Masdi ini kami diajak untuk menyewa perahu nelayan yang memang tersedia untuk melayani penyeberangan dari Pantai Sendang Biru ke Pulau Sempu. Jarak antara pantai Sendang Biru dan Pulau Sempu memang tidak terlalu jauh, waktu tempuhnya menjadi sebentar. Tidak sampai 30 menit. Harga untuk sewa perahu ini Rp 100.000 untuk perjalanan antar dan jemput. Saat sudah akan kembali ke sendang biru, kita bisa menelpon si pemilik perahu untuk dijemput. Jadi, kita harus meminta nomor telepon pemilik perahu.

Setelah semua urusan beres, kami langsung berangkat. Barang-barang sudah kami simpan di dalam mobil. Yang kami bawa hanya satu tas ransel yang berisi botol air dan kamera yang menggantung di leher. Kami tidak ingin membawa banyak barang yang akan menyulitkan kami sendiri di perjalanan. Kapal no 14 membawa kami menuju Teluk Semut yang merupakan bagian dari Pulau Sempu yang juga merupakan pintu masuk dari hutan Sempu yang menuju ke Segara Anakan.

Sepanjang perjalanan menuju teluk sempu, hanya warna biru laut dan langit serta putihnya awan yang terlihat. Dan tentu saja hijaunya pepohonan lebat. Suasananya sangat tenang… dan tentu saja bersih. Tidak terlihat sampah di perairannya. Semakin dekat dengna teluk semut, terlihat akar-akar mpohon bakau yang naik ke permukaan air. Dari kejauhan terlihat pantai pasir putih yang akan menyambut kami di teluk itu. Semula aku kira, di bagian dalam akan demikian. Jika begitu.. penjelasan dari si petugas konservasi mengenai kondisi berlumpur salah total. Namun, ternyata perkiraanku salah. Semakin masuk ke dalam.. medan yang kami lalui semakin susah. Untung saja, Pak Masdi, pemandu kami berinisiatif memotongkan batang-batang pohon yang cukup kokoh untuk kami jadikan tongkat.

Sepanjang perjalanan, beberapa kali aku harus berhenti dan membersihkan sepatu yang sudah tebal lumpurnya atau terperosok dalam Lumpur dan susah mengangkat kaki karena salah melangkah. Sungguh perjalanan yang tidak mudah dilewati. Selain Lumpur, masih adalagi kondisi jalan yang tidak rata semua, melainkan miring. Beberapa tempat memiliki kemiringin kurang lebih 30-40 derajat. Ada juga tempat yang memiliki ketinggian yang berbeda jauh. Bahkan di perjalanan tersebut ada beberapa tempat yang dipisahkan oleh sungai kecil yang penuh dengan Lumpur dan akar pohon.

Medan dalam hutan rimba
Salah melangkah sedikit saja, bisa jadi bnayak luka di sekujur tubuh. Bagi yang sangat menjaga keindahan tangan, mending gak ke tempat ini deh. Untuk melewati hutan ini, tangan sangat berfungsi dalam menjaga keseimbangan tubuh dan menahan tubuh.

Karena sepanjang jalan dipenuhi pohon dan batang – batang pohon yang cukup kuat, maka kita bisa berpegangan pada batang-batang pohon sambil memijakkan kaki di Lumpur-lumpur. Jadi bisa dibayangkan bagaiamana kondiis telapak tangan yang harus terus mencengkeram batang demi batang. Tentu saja banyak lecet yang didapat. Tak jarang juga tertusuk duri. Hehehhe…2 jam lamanya perjalanan yang menyiksa ini. Naik turun, panjat sana sini, keperosok sana sini, pantat sudah penuh Lumpur, belum lagi kaki lecet dan perih serta berlumpur.

Start 9.30 sampai di segara anakan hamper pukul 12 siang. Melelahkan memang. Namun pemandangan yang kita dapatkan sangat-sangat memukau. Sebuah pantai yang sangat terpencil dan tidak luas namun menawarkan air yang sejuk, bening, dan bersih.

Suara ombak di kejauhan yang beradu dengan karang-karang terdengar sangat jernih. Belum lagi pasir pantainya yang sangat bersih. Ternyata di pantai yang tidak luas ini sudah terpasang banyak tenda kecil. Pantai pasir Panjang dan Segara Anakan sungguh perpaduan yang sangat indah dan memanjakan mata.

Duduk di batu karang sambil berendam kaki di air yang bening namun asin terasa segar. Lumpur-lumpur di kaki dan sekujur tubuh langsung digosok dan dibersihkan. Peluh yang tadinya bercucuran rasanya hilang dalam sekejap. Begitu sampai di pinggir pantai, aku langsung berlari ke tengah danau dan menceburkan diri di sana. Berusaha melepas lelah di tengah beningnya air. Danau kecil dikelilingi karang dan pepohonan lebat… bisa dibayangkan betapa indahnya… membuat mata tak bosan memandang dan mengaguminya.

Puas bermain air dan berfoto ria, kami bertiga, aku, ari, dan arjuna mencoba menaiki karang tinggi yang ternyata ada jalan setapaknya. Sampai di paling atas… lagi-lagi pemandangan yang sangat mengagumkan yang ditawarkan. Laut lepas di depan mata. Segara anakan lengkap dengan hutan yang mengelilinginya di belakang mata. Wow… sangat-sangat indah. Sekaligus tempat yang oke banget buat merenung n pacaran. Hahahah.. selain kami ada banyak rombongan lain. Beberapa dari mereka sepertinya adalah pasangan kekasih yang memiliki pemikiran yang sama dengan kami. Tempat ini cocok untuk pacaran dan bengong. Selain tenang, sejuk, dan indah, dijamin gak ada yang akan mengusik.

Batu karang langsung ke laut
Dari atas karang tempat aku dan teman-teman duduk, deburan air laut yang menghantam karang-karang di bawah kami terlihat menakjubkan. Kekuatan air laut seperti ingin merobohkan karang yang dihantamnya. Seperti ingin mengajak karang untuk ikut berkejaran di lautan. Airnya yang biru jernih memukau mata. Tangan langsung bergerak, jeprat-jepret mengabadikan apa yang terlihat mata. Rasanya tak puas tangan menekan shutter untuk membuat gambar. Berbagai sudut diambil.. Depan dan belakang sama-sama memiliki pemandangan menakjubkan. Karang ini benar-benar strategis untuk menikmati pemandangan.

Puas di karang, turun lagi ke pantai. Memanjakan diri dengan air dan pasir sambil ngobrol2 dengan sang pemandu. Menurut pak masdi, di tempat konservasi ini ada 3 orang pemandu resmi selain driinya yang biasa diminta memandu pengunjung yang datang. Sisanya biasanya adalah pemandu liar yang merupakan penduduk sekitaar yang mengenal setiap inci jalanan. Katanya lagi, di perairan antara sendang biru dan sempu saat subuh sekitar pukul 1- 3 pagi biasanya ada lumba-luimba yang bermain di perairan. Wah jadi penasaran... Sayang kami tidak menginap di sini.

Sekitar pukul 14.00 kami memutuskan untuk hengkang dari segara anakan. Kembali menyusuri hutan untuk sampai ke Teluk Semut. Tenaga sudah terkuras. Belum makan siang.. Perjalanan jadi terasa semakin berat... Akhirnya pukul 16.30 sampai di Teluk Semut. Kata si pemandu, karena lewat dari jam 4 sore, uang perahu harus tambah 50 ribu. Dia juga menawari untuk memutar perjalanan melewati 'Pelawangan', karang di tengah laut yang menyerupai gapura. Sama-sama nambah 50 ribu.. Kenapa gak sekalian. Sudah sampai sempu juga. Toh sudah telat jamnya juga. Ya dimanfaatkan sekalian. Daripada langsung balik ke sendang biru.

Ternyata perjalanan ke pelawangan memanjakan mata. Banyak sekali bagian-bagian menjorok dari pulau sempu yang memiliki pasir putih kecil yang bersih. Karang2 tinggi di sekitar perairan seperti menyambut kapal-kapal yang berlayar. Seperti ingin menemani pelayar-pelayar. Perpaduan langit sore, air dan karang memberikan siluet indah yang menyuguhkan lukisan siluet alam.Sekalipun perjalanan berat dan melelahkan, tapi benar-benar membuat mata segar.

Friday, April 29, 2011

Batu di malam hari

Detik-detik berlari, menit demi menit berjalan..
Malam mulai membayang. Tapi bukan berarti petualangan berakhir. Justru petualangan dan kesenangan dimulai.

Di Batu, Malang, ada sebuah tempat wisata yang memang baru dibuka di malam hari. BNS-Batu Night Spectacular, baru buka pk 15.00.

Dengan tiket seharga Rp 12.500 untuk weekend, BNS sepertinya menjadi tujuan wajib untuk semua yang mengunjungi kota Malang. Selain tentu saja Jatim Park 1 dan 2 yang buka di siang hari. Letak Jatim Park dan BNS ini cukup berdekatan.

Saat ke sana, belum cukup gelap. Jadi, aku tidak bisa menikmati indahnya lampion - lampion dan lampu-lampu warna-warni yang menghiasi sekeliling BNS.

Berbagai permainan dan tontonan disuguhkan di sini. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau. Bayangkan saja, untuk tontonan Cinema 4D hanya perlu Rp 20.000 saja. Sedangkan untuk permainan gokart 2 lap seharga Rp 30.000. Kalau kita pengen main tembak-tembakan seperti paintball tapi tidak mau sakit, bisa juga coba battle Indonesia yang menggunakan sinar laser. Harga yang ditawarkan adalah Rp 20.000 per orangnya dan sudah disediakan rompi sasaran dan alat tembaknya.

Di permainan battle ini, kita masuk ke sebuah ruangan tertutup yang gelap dan hanya dilengkapi lampu2 kecil saja. Sedangkan rompi yang kita pakai memiliki lampu sesuai dengan warna kelompok kita. Hijau dan Biru. Saat sasaran tembak di rompi itu kena, lampu akan berkedip dan pistol tidak bisa digunakan selama 5 detik. Kelompok yang menjadi pemenang adalah kelompok dengan skor terbanyak.

Puas bermain itu, kami keliling lagi.. Melihat-lihat permainan yang ditawarkan. Sebenarnya jenis permainan yang ada di sini tidak berbeda dengan yang kita temui di dufan. Hanya saja, jenisnya tidak sebanyak di dufan, dan mungkin tantangan yang ditawarkan tidak seberat yang ada di dufan. Tapi tatanan dan dekorasi tempat ini cukup oke..

Ketika malam sudah datang, barulah terlihat keindahannya. Berbagai lampion dan lampu warna-warni yang ditata apik mendekorasi tempat ini. Ada menara pisa buatan, monas mini, dan sebagainya. Romantis euy.. Cocoknya ini buat yang dtang berpasangan dan berfoto bersama.. Hehehhehe…buat nembak cewek juga oke lho… Suasana romantisnya sudah sangat mendukung.

Tuesday, April 26, 2011

Pulang Ke Kotamu

07.05
Sedikit lagi! Pak sopir, cepatlah! Bolehlah ngebut-ngebut dikit! Sudah sampai di Ngadiluwih. Entah ada kah yang pernah mendengar daerah ini, Ngadiluwih berada di kabupaten Kediri. Setelah ini aku melihat nama jalan Kras. Masihkah sama Kras sekarang dengan yang tersimpan di memoriku. Jika tak salah, sudah 4 tahun aku tak menginjakan kaki di sini.
Harusnya di pertigaan menuju pasar kras, ada toko yang sangat aku kenal. Tempat aku bermain di waktu kecil, tempat orang2 yang aku kenal. Saudara-saudara ku ada di sana…

Pagi menyapa


06.20
Ketika kubuka mata kembali, aku langsung disambut dengan sinar matahari pagi. Di luar jendela seluruh alam bisa dipandang lagi. Yay!!! Hamparan lahan padi dan jagung terpampang di depanku dan sesekali rumah-rumah penduduk berdiri diantaranya. Bukan rumah seperti perumahan di Jakarta. Tapi rumah biasa yang kiri kanannya tidak sama antara rumah satu adan lainnya. Dan kelihatannya rumah-rumah itu sudah berdiri lama.
Sekalipun sudah ada matahari, kabut masih menyelimuti. Sepertinya udara di luar sangat sejuk. Jadi ingin cepat keluar dari bus dan nmenghirup udara yang segar.
Geliat penduduk mulai terlihat. Di sepanjang perjalanan, di kota Nganjuk, beberapa ibu-ibu terlihat membersihkan halaman rumah mereka. Di sisi lain kota, geliat pasar dan pertokoan sudah mulai terlihat. Berbeda dengan kota besar yang perekonomiannya baru terbangun pukul 9 atau 10 pagi. Di kota kecil, segalanya dimulai di pagi hari. Istilah kesiangan rejeki dipatok ayam sepertinya melekat di mereka. Toko-toko di sepanjang jalan sudah membuka diri dan bahkan beberapa pembeli sudah terlihat berbelanja. Sungguh geliat desa dan kota sangat berbeda.
Apakah karna geliat desa dimulai lebih pagi sehingga tidak terlihat terburu-terburu seperti halnya di kota? Tapi memang aura yang terasa sangat jauh berbeda. Berada di kota kecil, iramanya menjadi lebih santai dan mengalir. Berbeda dengan ibukota yang segalanya cepat, terburu-buru hingga terkesan kasar.
1 jam lagi menuju kota tujuanku. Semoga kurang dari itu….tak sabar menyantap nasi putih mengepul ditemani sayur pecel lengkap dengan bunga turi.

Tengah Malam

23.50
10 menit lagi menuju tengah malam saat aku mengetik ini melalui blackberryku. Bus ini sudah melaju di daerah jawa tengah. Sudah di daerah kendal. Aku sudah bertukar posisi dengan Ari. Sedari berangkat aku berada di sisi sebelah kaca, sekarang aku berada di sisi sebelah luar. Bangkunya lebih enak.
Lagi-lagi ari menyumpal telinganya dengan headset. Memutar musik kencang-kencang hingga terdengar oleh telingaku dengan sangat jelas. Aku tak tau judulnuya. Yang jelas iramanya sangat up-beat. Kukira ia tidur.. Tapi ternyata asik memandang keluar jendela. Sekali menoleh ke arahku, lalu bergumam, apa yang sedang aku ketik kok panjang sekali. Heheheheh.. Dia tak tau aku sedang merekam perjalanan ini.
Memang susah untuk tidur nyenyak di perjalanan. Beberapa kali ganti posisi badan untuk mencari posisi yang pas.

03.45
Hari masih subuh. Dalam tidur nyenyakku…terasa bus berhenti. Ternyata sudah sampai di rumah makan duta. Yang artinya saat untuk service pagi. Di rumah makan duta ini, service pagi berbeda dengan service pagi biasanya. Jika biasanya service pagi dihidangkan roti dan telur, di sini tidak berlaku. Service sekalipun di subuh, disediakan makanan berat. Sebutlah bakso, gado-gado, soto ayam, rawon.
Then welcome to east java… Rm Duta berada di Ngawi… Perjalanan masih 4-5 jam lagiiii….

Teman Seperjalanan

20.20
Beberapa jam sudah perjalanan ini ditempuh. Jakarta tertinggal jauh di belakang. Meski sudah berjam-jam menjauh dari jakarta bukan berarti kota tujuan sudah di depan mata. Ini baru seperempat jarak saja. Baru esok pukul 6 atau 7 pagi sampai di kota tujuan. Hampir 12 jam lagi! Cukup melelahkan! Tapi buat yang kurang tidur.. Bisa dibilang waktu di bus ini utnuk balas dendam. Tidur yang puas.
Aku tak sendirian menempuh perjalanan ini. Bangku sebelahku bukan diisi oleh orang yang baru dikenal di bus ini. Tapi memang aku sudah mengenalnya. Ari, teman perjalananku kali ini, sudah aku kenal ketika aku ikut trip ke Kiluan. Di kota tujuan nanti, bergabung seorang yang berangkat dari Bandung. Arjuna, teman jalan yang kukenal saat trip Kiluan juga, yang akhirnya berlanjut ke trip-trip lain.
Saat ini, teman di sampingku pulas sekali. Kursi sudah sedikit digerakan ke belakang hingga tak terlalu tegak, badan terbungkus selimut biru, kuping disumpal headset yang entah melantunnkan lagu apa. Terlihat nyenyak dan tak terganggu oleh goncangan-goncangan badan bus karena lubang-lubang di sepanjang jalan. Ditambah lagi perut sudah kenyang. Lengkaplah sudah. Heheheh..
Di luar kaca bus, tak banyak yang bisa dipandang. Suasana sudah gelap. Untungnya toko-toko masih buka sehingga masih banyak penerangan. Tapi saat melewati hamparan padi yang luas..tak terlihat apapun. Hanya kegelapan. Lampu-lampu di kejauhan seperti bintang-bintang di langit.

Catatan 3

20.00
Baru saja selesai turun untuk makan malam.. Istilah kondektur bus adalah servis malam.. Wow bahasanya..bisa disalah artikan itu… ​◦°◦☺ Hªª:D hªª:D hªª‎​‎​:D ☺◦°◦
Lumayanlah istirahat 30 menit. Melemaskan kaki.. Menuntaskan hasrat.. Hasrat ke belakang.. Memenuhi paru-paru dengan udara malam yang jelas jauh lebih segar dibanding udara Jakarta. Udara Jakarta jelas penuh polusi. Di sini, di Rm. Kalijaga yang terletak di cirebon, tak jauh dari pintu keluar tol kanci, udara terasa berbeda.
Servis malam. Jangan membayangkan yang wah untuk servis malam. Dalam kondisi lelah di perjalanan, perut yang lapar, makanan apa aja akan habis disantap. Makanan yang dihidangkan hanya kuah soto bening. Yang benar-benar tak berwarna, tempe goreng tepung, ayam goreng, dan telur masak kecap. Untuk jenis okelah. Soal rasa, menurutku 3 saja. Dari skala 1-1O. Kuah hanya terasa manis, pedas dan hangat setelah dibubuhi kecap manis dan sambal. Tempe, biasa aja. Telur, sedikit keras. Sedangkan untuk ayam, entahlah. Aku tidak mencomot ayam gorengnya. Yang penting perut terisi. Tidak lapar di perjalanan dan tidak masuk angin.
Kenyang dengan makanan yang dihidangkan secara prasmanan, saatnya jalan-jalan ke pusat jajanan. Di dalam rumah makan itu.. Ada pojok kecil yang menjual oleh-oleh… Macamnya banyak. Mulai dari usus goreng, sale basah, slondok, klanting, sampai dodol garut. Harganya jelas jauh lebih mahal ketimbang di luaran. Maklumlah… Cuman dia satu-satunya yang jualan. Mau keluar dari area.. Malas. Selain itu, tak tau mau kemana… Gambaran saja, harga sprite botol Rp 8.000, harga dodol garut 1 pak Rp 10.000. Cukup mahal kan…
Jam 8 kurang 5 menit, sopir bus membunyikan klakson sebagai tanda untuk meminta penumpang menaiki bus dan melanjutkan perjalanan. Sopir busnya ganti. Beda dengan waktu berangkat. Setiap bus malam memiliki 2 orang sopir dan 1 orang kondektur yang melayani penumpang di dalam bus.
Jika kita naik bus eksekutif atau super exe, biasanya ada toilet di dalam, disediakan bantal, dan juga selimut. Entah kalau kelas lain.

Catatn 2

Pukul 17.45
Pemandangan di luar bus berubah! Tadinya yang terliuhat hanya hamparan padi dan rumah saja. Tiba-tiba dalam sekejap terlihat ada laut. Dan bus ini berjalan di atas jembatan yang membelah air-air itu… Yak sekarang ada didaerah indramayu. Tepatnya di jalan raya indramayu.
Matahari sudah mulai perlahan meninggalkan singgasana…. Sayangnya awan juga ikut bergerak..tak tampaklah indahnya kepergian si surya…
Pukul 18.00
Lohsarang.. Terus bergerak dan akan berhenti di kalijaga untuk makan malam… Semoga tetap lancar..

Catatan Waktu


Kiri kanan terlihat hamparan lahan padi yg baru saja di petik.
Ketika melewati jalan raya di samping sungai yg membelah jl jatisari, tiba2 mata ini menangkap sosok seorang bapak di pinggir sungai. Awalnya kukira si bapak ini memiliki kelainan jiwa alias gila karna telanjang di pinggir sungai yang sangat terbuka. Ternyata tidak. Ia memang sengaja mandi di sungai itu. Tanpa penutup apapun. Sepertinya tidak ada rasa malu lagi.
Baru sekejap keluar dari jakarta, aura yg terasa sudah sangat lain. Irama hdup masyarakatnya sudah pasti lain jika dibanding dengan masyarakat jakarta. Lebih santai.. Lebih terlihat menikmati hidup.

Saturday, April 9, 2011

Curug Kawung - Nangka

Pemandangan dari jalanan setapak
Setelah sekian lama absen dari jalan-jalan, akhirnya kesampaian juga hasrat melanglangnya... Gak jauh-jauh sih jalan-jalannya. Kali ini tujuannya adalah Curug Nangka yang berada di kota Bogor. Persiapan pun dimulai. Bukan packing-packing. Tapi googling. Cari info transportasi menuju ke sana, track, waktu tempuh, dan sebagainya. Karena letaknya yang dekat, diputuskan untuk tidak nginep. Ya.. kan rugi kalo nginep. hehehhe
curug Kawung
Akhirnya, Minggu pagi, 20 Maret 2011, berangkat juga ke sana. Jam 7 sudah stand by di stasiun rawa buntu, mencari kereta terpagi menuju ke stasiun tanah abang. Ternyata kereta yang ada hanya krl ekonomi pukul 7.30. Tiketnya hanya Rp 1.500,- saja. 

Dari stasiun tanah abang, antri tiket kereta lagi. Kali ini kalau bisa yang langsung ke bogor. Tapi ternyata tak ada. Yang ada hanya kereta ke depok baru. Dari depok baru, ganti kereta ke bogor. Tiket keretanya Rp 5.500.

Tiba di stasiun langsung saja jalan ke depan KFC yang terletak di pertigaan tak jauh dari stasiun. Dari sini kita naik angkot 02 yang akan menuju ke BTM (Bogor Trade Mall). Dari situ, lanjut naik angkot 04 yang menuju curug. Perjalanan dari BTM ke curug kurang lebih 1 jam. Angkot ini hanya sampai di pertigaan curug saja. Untuk sampai ke pintu masuk wisatanya, bisa dengan jalan kaki atau naik ojek yang biasa mangkal di pertigaan. Cukup lumayan jauh lho dari pertigaan sampai ke pintu masuk wisata. Lebih enak naik ojeg berangkatnya utnuk hemat tenaga. Ongkos ojeknya cumin Rp 5.000 aja. Ongkos masuknya Rp 7.500 doank

Dari pintu masuk sini, pemandangan yang disuguhkan sudah sangat indah. Benar-benar memanjakan mata. Beberapa pengunjung memilih meneruskan perjalanan ke tmpat terdekat dengan curug menggunakan ojek. Saya sendiri sih memilih jalan kaki. Santai sambil memanjakan indera penglihatan ini, sesekali mengabadikan juga. Hehehehe
bebatuan terjal ke curug

jalanan dari pintu masuk sampai ke curug
Dekat pintu masuk wisata, ada papan penunjuk jalan. Tak hanya curug nangka saja yang ada di sini. Dari papan penunjuk lokasi wisata Curug Nangka terlhat bahwa ada curug lain yang terletak berdekatan dengan curug ini. Curug Kawung. Disamping itu, terdapat pula bumi perkemahan. Hmm.. wisata yang cukup hemat. Sekali datang bisa menikmati 2 curug. Belum lagi alamnya yang indah n seger…  stt…. Tempat ini juga sepertinya tepat buat dikunjungi bareng pacar. Buktinya banyak yang datang berpasangan ke sini. Memang sih tempatnya cukup romantic.. wkwkkw.

pemandangan selama jalan ke curug Kawung
Lokasi Curug Kawung sendiri terletak dibagian hulu dari Curug Nangka. Perjalanan menuju Curug Kawung cukup melelahkan karena selain licin oleh hujan atau lembab juga jalan setapak yang dilalui memiliki kontur naik-turun. Melewati batu-batuan dan menyebrangi aliran air. Tapi semuanya terbayar deh saat kaki kita menyentuh air dan menikmati keindahannya. Airnya sangat segar… dingin… dan bening bokh.. di lokasi curug kawung ini juga, banyak monyet liar yang bekeliaran. Jadi hati-hati dengna barang bawaan deh.. daripada diambil sama si ‘monkey’.

Berbeda dengan Curug Kawung, lokasi Curug Nangka bisa dikatakan berada dalam lembah yang curam dan dibatasi tebing-tebing yang tinggi. Sayangnya… kita tidak menikmatinya dari bawah.. hanya sekadar ngintip dari atas. Cuaca saat kami pergi kurang bersahabat. Hujan rintik-rintik sudah menyapa….
enaknya duduk2 di batu

Monday, January 10, 2011

Jogja i'm in Love

Jakarta penuh sesak. Serasa berada dalam hutan Beton. Tak ada salahnya sejenak melongok ke kota-kota lain. Tak perlu sampai ke luar pulau Jawa. Yogyakarta pun bisa menjadi penawarnya. Bangunan-bangunan yang eksotis dan berseni, bisa menyegarkan mata yang terbiasa dengan gedung kotak-kotak dan berkaca semua...


Berbeda dengan Jakarta, Yogya menawarkan banyak obat untuk mata. Lengkap dengan tempat wisata, jajanan, dan shoppingnya. Buat yang suka dengan Batik, di sini surganya. Mau cari model dan warna serta motif apa aja semua ada. Harganya pun beragam.
di borobudur...

Peninggalan masa lalu dan keindahan dunia semua tersimpan manis dan siap dinikmati di sini. Borobudur, Prambanan, Boko, Mendut, hanyalah sekelumit tempat yang wajib dijabani saat ke kota ini. Di candi-candi ini, mata kita dimanjakan oleh kehebatan nenek moyang dalam arsitektur. Kemegahan Borobudur dan Prambanan membuat kita tak bosan menjelajahinya. Apalagi jika kita menyukai sejarah di baliknya. belum tentu pula arsitek sekarang bisa sehebat nenek moyang ini membangun candi-candi megah nan bersejarah.
masihkah bisa menemui anak2 duduk di pinggir sawah sambil bermain layangan??


Tak hanya itu, alamnya pun menawarkan banyak 'jajanan'. Di sekitar candi Borobudur, apabila kita melihat dari ketinggian yang cukup, gunung dan bukit menyelimuti sekitar Borobudur, seperti sebuah benteng alam. Gunung merapi dan bukit entah apa namanya nampak sangat jelas dari Borobudur.

Tak jauh dari Borobudur, ada candi Mendut. Candi kecil yang terletak di pinggir jalan ini juga menyimpan kemegahan dan sejarah tersendiri di jamannya. Bila ingin sekalian wisata Rohani, untuk yang beragama Katolik, bisa sekalian mampir di Gua Maria Sendang Sono. Jadinya, sekali melajukan kendaraan ke Borobudur, langsung 3 tempat berdekatan yang bisa kita datangi. Baiknya sih.. kalo ke Borobudur jangan terlalu siang mengingat matahari sangat terik.

Selesai wisata Candi? Masih banyak yang lain. Ganjuran! sebuah wisata Rohani yang laris manis didatangi. Di sini ada candi kecil yang di dalamnya bersemayam patung hati kudus Yesus. Konon, banyak yang terkabul doanya bisa meminta di sini. Termasuk minta Jodoh?!?!?!?!??!!?!!

Monumen Jogja Kembali! Sayangnya saat kesini sudah sore jadi tak bisa menjelajahi dalamnya. Hanya bisa berfoto di luar monumen saja. Semoga seperti namanya... bisa berkunjung ke Jogja kembali dan menjelajahi isinya...

YOgya di malam hari
Senang shopping? Malioboro surganya. Senang dengan pernak pernik lucu dan aksesoris? Lagi-lagi Malioboro surganya. Di sepanjang jalanan, mata seakan dimanjakan dengan berbagai barang. Mulai dari baju, celana, dress, kalung, gelang, ikat pinggang, sampai makanan. Asal pintar milih dan pintar nawar, pasti sangat dan amat puas. Jika malas dengan acara tawar menawar, boleh jga masuk ke satu toko. MIROTA. Di sini dijual berbagai model batik dan pernak pernik. Tidak ada tawar menawar. Tapi harga barangnya juga termasuk murah meriah. Berbeda jauh dari Jakarta. Mana ada baju batik seharga Rp 23.000 di Jakarta? Di sini banyak.

Untuk Kulinernya... boleh dicoba Gudeg Khas Jogja Yu DJUM di jalan Wilidjan. Dijamin puas dan pengen bawa pulang. Wadah take awaynya beda dengan yang biasanya kita jumpai, sterofoam atau kertas. Di sini menggunakan besek dan kendil. Antik ya...

pelayan di raminten
Selain Yu Djum, buat yang gak terbiasa makan banyak, bisa coba nasi kucing alias sego kucing di Raminten. Di daerah Kota Baru. bersebelahan dengan Mirota Restaurant. Kenapa nasi kucing? Bukan berarti makan bareng kucing atau makanan kucing. Tapi lebih karena porsinya yang sedikit. :) Harganya pasti bikin surprise. Nasi putih plus ikan asin, plus teri, plus telur dadar, plus oseng tempe.. hanya 2 ribu rupiah. Mana ada harga segitu di Jakarta. Pelayannya pun unik. Menggunakan kain dan kemben. Interiornya juga manis dan cantik. :) Untuk minumnya, boleh dicoba jamu-jamuannya. Ssttt gak usah takut pahit. Jamunya manis lho. Jamu pegel linu, jerawat, ada smua.

Yang lain lagi dengan Jakarta, di sini ada becak dan dokar alias delman sebagai kendaraan angkutannya. Becak selalu ada di tiap sudut kotanya. Pintar-pintar menawar ya....

Banyak pengalaman baru deh kalo berkunjung ke kota ini. Apalagi dengan luas kota yang tak sebesar Jakarta dan tak seruwet Jakarta, apa saja terasa berdekatan letaknya sehingga tidak menghabiskan banyak waktu.

Curug 5 Cilember








Curug 5 Cilember
Sebuah tempat yang masih asri.. dengan udara segar dan pemandangan yang memanjakan mata.

Hidup di kota besar seperti Jakarta dan Satelitnya kadang kala membuat pikiran penuh dan sesak. Karena itulah, sesekali pergi ke suatu tempat yang tak memiliki hutan beton menjadikan kemewahan pribadi. Tak perlu tempat yang mahal ataupun yang mengharuskan kita menginap. Cukup luncurkan mobil atau langkahkan kaki, manfaatkan angkutan kota dan jelajahi kota Bogor.
Libur Nasional 16 Maret kemarin, aku manfaatkan dengan melangkahkan kaki dan memanfaatkan jasa angkuta umum untuk mengunjungi Curug Cilember, sebuah tempat wisata yang terletak 20 km dari kota Bogor ke arah Puncak. Tepatnya di daerah Cisarua. Tak jauh dari Taman Safari. Biarpun hari libur, untungnya jalanan tidak macet.
Kurang lebih pukul 07.30 kami sudah siap di pinggir jalan seberang German Center BSD untuk menanti angkotan kota alias Bus. Dari BSD sini, kami naik Bus Pusaka jurusan Bogor- Baranangsiang (nama terminal di Bogor). Dari situ, sambil menunggu teman yang akan menyusul, kami menggunakan waktu yang ada untuk menikmati KFC yang tak jauh dari terminal.
Setelah teman yang ditunggu datang, kami langsung mencari pos polisi untuk menanyakan nomor angkutan yang bisa membawa kami ke tempat tujuan. SSttt... pak polisinya baik-baik lho. Mereka memberikan arahan jalan dan jenis angkutan yang bisa membawa kami ke sana. Dari Baranang siang sampai Cisarua, kami bisa menggunakan angkot ataupun ojek. Bila menggunakan ojek, akan lebih mahal. Kurang lebih 50 ribu untuk bisa sampai ke tempat wisatanya. Dengan angkot, kita harus pindah 2 kali. Pertama angkot dengan trayek Baranangsiang-Ciawi turun di perempatan ciawi, harganya Rp 3000,- Dilanjutkan dengan angkot trayek Ciawi-Cisarua seharga Rp 5.000,- dan turun di pertigaan Hankam.
Karna kita tidak tahu patokan pastinya untuk sampai ke curug, kita pesan dnegan si sopir angkot untuk menurunkan kita di tempat yang terdekat. Polisi yang memberitahu arah tempatnya sudah mengatakan bahwa tidak ada angkot yang bisa membawa kita ke tempat curug itu, kita harus melanjutkan perjalanan dengan ojek dari jalan raya besar ke Wana Wisata Curug Cilember. Untuk biaya ojegnya seharga Rp 10.000-15.000 tergantung pintar-pintarnya kita menawar.
Wana Wisata Curug Cilember ini terletak di Desa Cilember, Bogor, Jawa Barat. Berketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut, membuat kawasan di kaki Bukit Hambalang ini sejuk dengan vegetasi dominan pinus merkusi dan anggrek tanah berwarna kuning. Pokoknya sangat memanjakan mata dan hidung karna udaranya sangat segar.
Biaya tiket retribusi dari tempat wisata ini murah. Hanya dengan membayar Rp 10.000,- kita bisa menikmati banyak spotnya. Kami menjumpai sebuah bangunan berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari jaring-jaring besi. Rupanya bangunan ini adalah Taman Konservasi Kupu-kupu, di mana di tempat ini dikembangbiakkan 12 spesies kupu-kupu dari seluruh Indonseia, diantaranya adalah Troides helena dan Papilio meiunon. Dari taman konservasi ini, ada jembatan yang menurut orang-orang dinamakan jembatan cinta. Melewati jembatan cinta ini, bisa sampai ke Curug 7. Sayangnya, kami malah tidak ke curug 7 yang sebenarnya paling dekat dari pintu masuk. Kami malah langsung naik ke Curug 5.
Tak perlu bingung akan kelaparan ketika berada di wana wisata ini, tak jauh dari pintu masuk, banyak kios-kios penjual suvenir dan warung makan juga terlihat berderet rapi. Di lokasi ini juga terdapat lapangan yang digunakan untuk berkemah.
Curug Cilember ini terdiri dari 7 buah curug yang saling menyambung. Air di curug ini berasal dari mata air di Bukit Hambalang pada ketinggian 2.000 meter dpl. Curug 1 sendiri terletak pada ketinggian 1.700 meter dpl dan curug terakhir, yaitu curug 7 berketinggian sekitar 30 meter berada pada ketinggian 800 meter dpl.
Untuk menikmati keindahan curug-curug ini, dibutuhkan pengorbanan ekstra yaitu stamina yang kuat. Makin ke atas, medan yang ditempuh semakin terjal dan sulit. Track semen hanya sampai di Curug 7, sedangkan untuk sampai ke Curug 5, track berupa tangga batu yang terjal. Hohoho... bisa menguras tenaga dan membuat baju bisa diperas karna basah oleh keringat.
Tapi pengorbanan yang ada bisa terbayar saat kita sampai di air terjun. Melihat keindahan dan merasakan kesejukan airnya... Sungguh sangat nikmat. Air yang dingin dan segar membuat rasa lelah langsug hilang ketika kita memasukkan kaki ke dalam air.
Curug 6 tidak dapat dijangkau karena medan yang berbahaya. Umumnya pengunjung hanya sampai di Curug 5 saja. Menurut tukang ojek yang saya tumpangi, curug yang bagus justru curug-curug yang berada di atas karena jarang tersentuh oleh manusia. Namun total perjalanan mulai dari Curug 7 dan mendaki hingga Curug 1, diperlukan waktu sekitar 4jam!

Jalan jajanan

Bosan dengan makanan yang tersedia sehari-hari? Bosan dengan rutinitas yang sama? Bosan dengan suasana Jakarta yang dipenuhi hutan beton?

Tak ada salahnya sesekali menikmati sekedar makan siang atau makan malam di Bogor. Kota yang tak jauh dari Jakarta dan bisa ditempuh dengan angkutan umum ini, menyimpan banyak jajanan dan menu yang membangkitkan selera makan. Dilengkapi pula dengan aura kota yang sejuk dan beda dari Jakarta. Memang sih, di hari Libur, kota ini akan dipenuhi kendaraan berpelat B. Tapi tak ada salahnya kan ikut bermacet ria di sini sambil menikmati suasana kotanya.

Plesir tak selalu identik dengan kemewahan dan waktu khusus. Hari minggu saja sudah cukup. Jelajahi Kota Bogor yang lengkap dengan berbagai wisata dan jajanannya.

Jalan Suryakencana, menyimpan wisata kuliner yang cukup komplit. Mulai dari Ngo Hiong yang khas bogor sampai mi kocok dan lumpia basah.

Ngo Hiong gang aut yang paling yahud. Enak, murah dan porsinya mantab. Cukup untuk berdua. Di sini tak hanya menawarkan Ngo Hiong saja, ada pangsit pengantin. Ngo Hiang ini isinya Daging babi or ayam cincang, ditemani kentang goreng dan tahu goreng dimakan dengan kuah kentel hampir yang agak manis dan memang terasa bumbu ngohiangnya. Sedangkan pangsit pengantin... mirip dengan soto.

Tak jauh dari Ngo Hiang gang Aut, ada Soto mie Agih cabang Bogor. Menunya cukup beragam. buat yang gak suka Ngo Hiong.. bolehlah makan di sini. Mulai dari Lo Mie, Mi Kocok, sampe mi Pangsit pengantin. Harganya? Gak semahal di Jakarta lah..

Sst.. di sepanjang jalan Surken atau surya kencana ini, ada banyak penjual kaki lima yang menjajakan dengan gerobak. Yang asik buat cemilan n bisa dibawa-bawa ya.. lumpia basahnya. berbeda dengan lumpia basah yang kita temui di Jakarta, lumpia Bogor ini manis. Isinya antara lain, toge, telur, tahu, dan irisan bengkuang. Beda sekali kan dengan lumpia yang kita jumpai. Ukurannya pun... 3 kali lipat dari lumpia biasa.. Tapi rasanya.. Muantab.... harganya gak lebih dari Rp 10.000 rupiah kok.

Ingin masakan Sunda? Boleh juga mampir di Taman Palem. Resto yang mengkhususkan diri dengan masakan Sunda ini, memiliki interior yang khas. Meja kursinya didesain seperti gelondongan kayu yang dipernis. Di sini, kita bisa langsung pilih dan ambil makanan yang kita inginkan. Gak perlu pesen ke waiter trus di catat gitu. Mirip2 dengan ampera deh... Yang pasti harganya lagi-lagi gak mencekek leher. Makanannya pun enak.